Kamis, 24 Maret 2016

Psikologi Gestalt (Softskill)


Psikologi Gestalt
a.      Pengertian Psikologi Gestalt
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu, sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, psikologi/psi·ko·lo·gi/ n ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku; ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.
Kata “Gestalt” berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi suatu kesatuan.
Jadi, Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Menurut para ahli psikologi Gestalt, manusia bukan sekedar makhluk reaksi yang hanya akan berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya. Manusia adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani rohani. Sebagai individu, manusia bereaksi atau berinteraksi dengan dunia luar melalui caranya sendiri. Secara pribadi, manusia tidak secara langsung bereaksi kepada suatu perangsang dan tidak pula reaksinya itu dilakukan secara membabi buta atau secara trial and eror. Reaksi manusia terhadap dunia luar tergantung kepada bagaimana ia menerima stimuli dan bagaimana serta apa motif-motif yang ada padanya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kebebasan. Ia bebas memilih cara bagaimana ia bereaksi dstimuli mana yang diterimanya dan mana yang ditolaknya ( dalam Dewi, 2013).


b.      Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt
1)      Max Wetheimer (1880-1943)
 
Max Wetheimer mengemukakan penemuan awalnya tentang Gestalt yaitu ketika sedang naik kereta api. Dia mendapatkan gagasan bahwa jika dua cahaya berkedip-kedip pada tingkat tertentu, cahaya itu akan memberikan kesan bagi pengamatnya bahwa satu cahaya itu bergerak maju dan mundur. Kemudian akhirnya dia membeli alat Stroboscope, dan melakukan eksperimen di kamar hotelnya. Dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian. Max Wetheimer menamakan ilusi tersebut dengan phi phenomena, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Wetheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. 
Jadi Psikolog Gestalt percaya bahwa organisme menambahkan sesuatu pada pengalaman, di mana sesuatu itu tidak ada dalam data yang diindera, dan sesuatu itu adalah tindakan menata (organisasi data). Manusia tidak dapat menghayati stimulus-stimulus secara terpisah, tetapi stimulus itu secara bersama-sama serempak ke dalam konfigurasi yang penuh arti.

2)      Kurt Koffka (1886-1941)
 
Kurt dan Kohler bekerja bersama dengan Wertheimer selama tiga semester. Disanalah pula ia mulai menulis yang kemudian menjadi sangat berpengaruh dalam mempopulerkan psikologi Gestalt. Ia merupakan penulis terkenal dari kelompok Berlin. Seperti Wertheimer dan Kohler, Koffka menghabiskan banyak waktunya untuk memberi kuliah di Amerika sebelum akhirnya berpindah secara permanen pada tahun 1927. Ia mengajar di Smith Collage dan terus menulis, salah satu buku kreatifnya adalah “Grown of The Mind”, sebuah buku yang sangat relevan dengan prinsip-prinsip gestalt. Tahun 1925 dia mempublikasikan Principles of Gestalt Psycology, sistem utama di dalam psikologi Gestalt. 

3)      Wolfgang Kohler (1887-1967)
 
Pada tahun 1913, ia meneliti hewan simpanse dan ayam untuk mengetes berbagai masalah yang berkaitan dengan belajar, Kohler melakukan sehumlah eksperimen, yaitu:
·          
·         Percobaan dengan simpanse
         Dalam detour  Problem, binatang dapat melihat makanan sebagai tujuan. Tetapi tidak dapat mencapai secara langsung. Ia harus putar jalan melalui jalan samping yang lebih jauh, tidak langsung, untuk mencapai pemecahan, sedang simpanse relatif lebih mudah. Binatang yang lebih tinggi tingkatannya, akan lebih cepat dalam memecahkan problem. Proses menguasai medan dan mengetahui hubungan lebih cepat
Eksperimen I
         Simpanse dimasukkan dalam sangkar dan di dalam sangkar diletakkan satu tongkat. Kemudian di luar sangkar diberi pisang yang jaraknya telah diatur sehingga pisang tersebut tidak mungkin diraih dengan tangannya. Pisang yang ada di luar sangkar hanya dapat diambil apabila simpanse itu menggunakan tongkat yang ada di dalam sangkar. Pada awalnya simpanse mencoba berkali-kali mengambil pisang dengan tangannya tetapi tidak berhasil. Kemudian akhirnya simpanse tiba-tiba mengambil tongkat yang ada di dalam sangkar untuk  mengambil pisang yang ada di luar sangkar dan simpanse berhasil mengambil pisang yang ada di luar sangkar dengan tongkatnya.
 Eksperimen II
         Eksperimen ini sama dengan eksperimen sebelumnya, perbedaanya dalam sangkar diletakkan dua tongkat dan pisang yang ada di luar sangkar jaraknya dijauhkan sehingga pisang tersebut tidak mungkin diraih dengan tangan simpanse atau dengan satu tongkat. Untuk meraih pisang yang ada di luar sangkar, simpanse harus mengambilnya dengan menyambung dua tongkat yang ada di dalam sangkar. Pada awalnya simpanse mencoba berkali-kali mengambil pisang dengan satu tongkat tetapi tidak berhasil. Kemudian tiba-tiba simpanse menyambung dua tongkat yang ada di dalam sangkar dan simpanse berhasil mengambil pisang yang ada di luar sangkar dengan menyambung dua tongkat dalam sangkar.
 Eksperimen III
         Simpanse dimasukkan dalam sangkar dan di sudut sangkar diletakkan satu kotak yang kuat untuk dinaiki simpanse. Kemudian di atas sangkar digantung pisang yang jaraknya telah diatur sehingga pisang tersebut tidak mungkin diraih dengan tangan simpanse. Pada awalnya simpanse mencoba berkali-kali mengambil pisang dengan tangannya tetapi tidak berhasil. Akhirnya simpanse mengambil dan menyusun kotak yang ada di sudut sangkar, kemudian simpanse berdiri di atas kotak dan berhasil mengambil pisang yang digantung dengan tangannya.
 Eksperimen IV
         Eksperimen ini sama dengan eksperimen sebelumnya. Perbedaannya, di  dalam sangkar diletakkan dua kotak yang kuat untuk dinaiki simpanse. Kemudian di atas sangkar digantung pisang yang jaraknya telah diatur sehingga pisang tersebut tidak mungkin diraih dengan tangan simpanse. Pisang yang digantung itu hanya dapat diambil jika simpanse berhasil menyusun dua kotak untuk dinaiki. Pada awalnya simpanse mencoba berkali-kali mengambil pisang dengan berdiri di atas satu kotak dan gagal. Akhirnya simpanse berhasil menyusun kotak dan berdiri di atas kotak tersebut dan simpanse berhasil mengambil pisang yang digantung dengan tangannya.
·         Percobaan dengan ayam
         Ayam dibentuk untuk mendekati warna kertas yang agak gelap dan tidak mendekati warna terang. Setelah dilatih secukupnya, bila ayam diberi pilihan untuk memilih terang dan agak gelap, ayam akan memilih gelap (karena hasil latihan). Periode berikutnya, bila ayam diberi pilihan untuk memilih yang agak gelap dengan gelap, maka ayam akan memilih mendekati gelap (tidak memilih yang agak gelap seperti dilatihkan). Apabila kita berfikir secara behavioristik, ayam itu mestinya memilih yang agak gelap sesuai dengan latihan. Tetapi Gestalt berpendapat bahwa ayam itu menemukan prinsip mana yang lebih gelap. Dengan demikian, bila diberi pilihan antara gelap dan gelap sekali, maka akan memilih gelap sekali. Jadi jelas bahwa dalam belajar itu yang terpenting adalah menemukan prinsip, sehingga mudah terjadi transposition (Bila suatu prinsip belajar dalam situasi pemecahan problem diterapkan kepada pemecahan problem lain).

c.       Prinsip Dasar Gestalt
1)   Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk. 
2)    Prinsip-prinsip pengorganisasian:
·         Principle of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
·         Principle of Similarity : individu akan cenderung mempersepsikan stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu bisa berupa persamaan bentuk, warna, ukuran dan kecerahan.
·         Principle of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya.
·         Principle of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap.
·         Principle of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap. Orang akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan yang sempurna dan sederhana agar mudah diingat.
·         Principle of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground (latar belakang). Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara sengaja ataupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya sebagai figure dan mana yang dianggap sebagai ground.
·         Principle of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan structural antara daerahdaerah otak yang terktivasi dengan isi alam sadarnya.

d.      Aplikasi Prinsip Gestalt 
                       1)    Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
·         Pengalaman tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
·         Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
·         Perilaku bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalaR efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
·         Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
·         Transfer dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. 
2)   Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis. Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
·         Kesanggupan. Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
·         Pengalaman. Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
·         Taraf kompleksitas dari suatu situasi. Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
·         Latihan. Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
·         Trial and Error. Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut. 
3)   Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gossip seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui faktanya.

e.       Hukum – hukum Belajar Gestalt
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan kontinuitas. Hukum Pragnaz Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu :
·         Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebaga suatu totalitas. Contohnya : Garis-garis di atas akan terlihat sebagai tiga kelompok garis yang masing-masing terdiri dari dua garis, ditambah dengan satu garis yang berdiri sendiri di sebelah kanan sekali.


·         Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri. Contohnya : Gambar garis-garis di atas akan dipersepsikan sebagai dua segi empat dan garis yang berdiri sendiri di sebelah kiri, tidak dipersepsikan sebagai dua pasang garis lagi setelah ada garis melintang yang hampir saling menyambung di antara garis-garis tegak yang berdekatan.
·         Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas. Contohnya :
O O O O O O O O O O O O O
X X X X X X X X X X X X X
O O O O O O O O O O O O O
Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan mendatar dengan bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai deretan-deretan tegak.
·         Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek yang ada. Contohnya : Pada gambar diatas, kita akan cenderung mempersepsikan gambar sebagai dua garis lurus berpotongan, bukan sebagai dua garis menyudut yang saling membelakangi.

f.  Contoh Psikologi Gestalt dan Pembahasannya
·         Contoh :
Seorang ibu memanggil anaknya berulang-ulang, namun anaknya tidak dapat mendengar panggilan ibunya. Dan untuk yang kesekian kalinya, ibu memanggil nama anaknya dengan keras seperti sedang membentak anaknya. Anaknya yang kaget mendengar namanya dipanggil dengan nada tinggi oleh ibunya langsung merasa takut. Anaknya memiliki persepsi bahwa ibunya marah kepadanya karena suatu hal. Padahal ibunya memanggil anaknya dengan nada tinggi karena anak tersebut tidak dapat mendengar suara ibunya. Tapi anaknya sudah mempunyai persepsi sendiri sebelum mengetahui kebenarannya.
·         Pembahasan :
Cara kerja sesderhana dari psikologi gestalt adalah (sensasi à persepsi). Sensasi adalah proses penyerapan dari indera kita untuk yang pertama kali (dalam hal ini adalah suara ibu yang ditangkap oleh telinga anak). Persepsi adalah proses perasaan yang kedua dengan mendefinisikan sesuatu (dalam hal ini adalah anak yang berpikir bahwa ibunya sedang marah kepadanya karena suatu hal).
     
      g. Kesimpulan
                 Psikologi gestalt adalah suatu aliran ilmu psikologi yang membahas tentang timbulnya persepsi dengan adanya sensasi dari indera kita. Jadi, proses sederhananya adalah sensasiàpersepsi. Sensasi adalah proses penyerapan dari indera kita dan persepsi adalah perasaan kita yang mendefinisikan suatu hal. Dari sensasi yang kita rasakan, kita dapat menyimpulkan sesuatu yang disebut persepsi. Walaupun kesimpulan yang kita ambil belum tentu sesuai dengan kebenaran yang ada. Teori Gestalt ini ditemukan oleh Max Wetheimer dan dikembangkan oleh  Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler.



Daftar Pustaka

     Dedi Mulyana. Psikologi Gestalt. http://dedimulyana96.blogspot.co.idpsikologi-gestalt.html.
KBBI. Psikologi. http://kbbi.web.id.
Math Success. Teori Belajar Gestalt. http://math-succes.blogspot.co.id.
Wikipedia. Psikologi. https://id.wikipedia.org.
Yoshiie Srinita. Teori Belajar Gesatalt. http://www.slideshare.net

Nama : Firda Nur Zanah
NPM: 12515706
Kelas: 1PA06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar