Psikologi Gestalt
a.
Pengertian Psikologi Gestalt
Menurut
asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē
yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu,
sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu
yang mempelajari tentang jiwa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, psikologi/psi·ko·lo·gi/ n ilmu yang berkaitan dengan
proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku; ilmu
pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.
Kata
“Gestalt” berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai arti sebagai “bentuk atau
konfigurasi”. Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi
melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan,
pola, ataupun kemiripan menjadi suatu kesatuan.
Jadi,
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu
gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi
Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Menurut para ahli psikologi Gestalt,
manusia bukan sekedar makhluk reaksi yang hanya akan berbuat atau bereaksi jika
ada perangsang yang mempengaruhinya. Manusia adalah individu yang merupakan
kebulatan jasmani rohani. Sebagai individu, manusia bereaksi atau berinteraksi
dengan dunia luar melalui caranya sendiri. Secara pribadi, manusia tidak secara
langsung bereaksi kepada suatu perangsang dan tidak pula reaksinya itu
dilakukan secara membabi buta atau secara trial
and eror. Reaksi manusia terhadap dunia luar tergantung kepada bagaimana ia
menerima stimuli dan bagaimana serta apa motif-motif yang ada padanya. Manusia
adalah makhluk yang mempunyai kebebasan. Ia bebas memilih cara bagaimana ia
bereaksi dstimuli mana yang diterimanya dan mana yang ditolaknya ( dalam Dewi,
2013).
b.
Tokoh-tokoh Psikologi Gestalt
1)
Max Wetheimer (1880-1943)
Max Wetheimer mengemukakan penemuan awalnya tentang Gestalt yaitu ketika sedang naik kereta api. Dia mendapatkan gagasan bahwa jika dua cahaya berkedip-kedip pada tingkat tertentu, cahaya itu akan memberikan kesan bagi pengamatnya bahwa satu cahaya itu bergerak maju dan mundur. Kemudian akhirnya dia membeli alat Stroboscope, dan melakukan eksperimen di kamar hotelnya. Dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian. Max Wetheimer menamakan ilusi tersebut dengan phi phenomena, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Wetheimer menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima.
Jadi Psikolog Gestalt percaya bahwa
organisme menambahkan sesuatu pada pengalaman, di mana sesuatu itu tidak ada
dalam data yang diindera, dan sesuatu itu adalah tindakan menata (organisasi
data). Manusia tidak dapat menghayati stimulus-stimulus secara terpisah, tetapi
stimulus itu secara bersama-sama serempak ke dalam konfigurasi yang penuh arti.
2)
Kurt Koffka (1886-1941)
Kurt dan Kohler bekerja bersama dengan Wertheimer selama tiga semester. Disanalah pula ia mulai menulis yang kemudian menjadi sangat berpengaruh dalam mempopulerkan psikologi Gestalt. Ia merupakan penulis terkenal dari kelompok Berlin. Seperti Wertheimer dan Kohler, Koffka menghabiskan banyak waktunya untuk memberi kuliah di Amerika sebelum akhirnya berpindah secara permanen pada tahun 1927. Ia mengajar di Smith Collage dan terus menulis, salah satu buku kreatifnya adalah “Grown of The Mind”, sebuah buku yang sangat relevan dengan prinsip-prinsip gestalt. Tahun 1925 dia mempublikasikan Principles of Gestalt Psycology, sistem utama di dalam psikologi Gestalt.
3)
Wolfgang Kohler
(1887-1967)
Pada tahun 1913, ia meneliti hewan simpanse dan ayam untuk mengetes berbagai masalah yang berkaitan dengan belajar, Kohler melakukan sehumlah eksperimen, yaitu:
·
·
Percobaan dengan simpanse
Dalam
detour Problem, binatang dapat
melihat makanan sebagai tujuan. Tetapi tidak dapat mencapai secara langsung. Ia
harus putar jalan melalui jalan samping yang lebih jauh, tidak langsung, untuk
mencapai pemecahan, sedang simpanse relatif lebih mudah. Binatang yang lebih tinggi
tingkatannya, akan lebih cepat dalam memecahkan problem. Proses menguasai medan dan mengetahui hubungan lebih cepat
Eksperimen I
Simpanse dimasukkan dalam sangkar
dan di dalam sangkar diletakkan satu tongkat. Kemudian di luar sangkar diberi
pisang yang jaraknya telah diatur sehingga pisang tersebut tidak mungkin diraih
dengan tangannya. Pisang yang ada di luar sangkar hanya dapat diambil apabila
simpanse itu menggunakan tongkat yang ada di dalam sangkar. Pada awalnya
simpanse mencoba berkali-kali mengambil pisang dengan tangannya tetapi tidak
berhasil. Kemudian akhirnya simpanse tiba-tiba mengambil tongkat yang ada di
dalam sangkar untuk mengambil pisang yang ada di luar sangkar dan
simpanse berhasil mengambil pisang yang ada di luar sangkar dengan tongkatnya.
Eksperimen
II
Eksperimen
ini sama dengan eksperimen sebelumnya, perbedaanya dalam sangkar diletakkan dua
tongkat dan pisang yang ada di luar sangkar jaraknya dijauhkan sehingga pisang
tersebut tidak mungkin diraih dengan tangan simpanse atau dengan satu tongkat.
Untuk meraih pisang yang ada di luar sangkar, simpanse harus mengambilnya
dengan menyambung dua tongkat yang ada di dalam sangkar. Pada awalnya simpanse
mencoba berkali-kali mengambil pisang dengan satu tongkat tetapi tidak
berhasil. Kemudian tiba-tiba simpanse menyambung dua tongkat yang ada di dalam
sangkar dan simpanse berhasil mengambil pisang yang ada di luar sangkar dengan
menyambung dua tongkat dalam sangkar.
Eksperimen
III
Simpanse
dimasukkan dalam sangkar dan di sudut sangkar diletakkan satu kotak yang kuat
untuk dinaiki simpanse. Kemudian di atas sangkar digantung pisang yang jaraknya
telah diatur sehingga pisang tersebut tidak mungkin diraih dengan tangan
simpanse. Pada awalnya simpanse mencoba berkali-kali mengambil pisang dengan
tangannya tetapi tidak berhasil. Akhirnya simpanse mengambil dan menyusun kotak
yang ada di sudut sangkar, kemudian simpanse berdiri di atas kotak dan berhasil
mengambil pisang yang digantung dengan tangannya.
Eksperimen IV
Eksperimen ini sama dengan
eksperimen sebelumnya. Perbedaannya, di dalam sangkar diletakkan dua
kotak yang kuat untuk dinaiki simpanse. Kemudian di atas sangkar digantung
pisang yang jaraknya telah diatur sehingga pisang tersebut tidak mungkin diraih
dengan tangan simpanse. Pisang yang digantung itu hanya dapat diambil jika
simpanse berhasil menyusun dua kotak untuk dinaiki. Pada awalnya simpanse
mencoba berkali-kali mengambil pisang dengan berdiri di atas satu kotak dan
gagal. Akhirnya simpanse berhasil menyusun kotak dan berdiri di atas kotak
tersebut dan simpanse berhasil mengambil pisang yang digantung dengan
tangannya.
·
Percobaan dengan ayam
Ayam
dibentuk untuk mendekati warna kertas yang agak gelap dan tidak mendekati warna
terang. Setelah dilatih secukupnya, bila ayam diberi pilihan untuk memilih terang
dan agak gelap, ayam akan memilih gelap (karena hasil latihan). Periode
berikutnya, bila ayam diberi pilihan untuk memilih yang agak gelap dengan
gelap, maka ayam akan memilih mendekati gelap (tidak memilih yang agak gelap
seperti dilatihkan). Apabila kita berfikir secara behavioristik, ayam itu
mestinya memilih yang agak gelap sesuai dengan latihan. Tetapi Gestalt
berpendapat bahwa ayam itu menemukan prinsip mana yang lebih gelap. Dengan
demikian, bila diberi pilihan antara gelap dan gelap sekali, maka akan memilih
gelap sekali. Jadi jelas bahwa dalam belajar itu yang terpenting adalah
menemukan prinsip, sehingga mudah terjadi transposition (Bila suatu prinsip
belajar dalam situasi pemecahan problem diterapkan kepada pemecahan problem
lain).
c.
Prinsip Dasar Gestalt
1) Interaksi
antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual
field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia
sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan
fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini
mempengaruhi makna yang dibentuk.
2) Prinsip-prinsip pengorganisasian:
2) Prinsip-prinsip pengorganisasian:
·
Principle
of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling
berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang
sebagai satu bentuk tertentu.
·
Principle
of Similarity : individu akan cenderung
mempersepsikan stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu
bisa berupa persamaan bentuk, warna, ukuran dan kecerahan.
·
Principle
of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set
yang sudah terbentuk sebelumnya.
·
Principle
of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia
secara alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi
meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap.
·
Principle
of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang
cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak
lengkap. Orang akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan yang sempurna
dan sederhana agar mudah diingat.
·
Principle
of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap bidang
pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground (latar belakang).
Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara sengaja ataupun tidak, memilih
dari serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya sebagai figure dan mana yang
dianggap sebagai ground.
·
Principle
of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara
aktivitas otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan structural
antara daerahdaerah otak yang terktivasi dengan isi alam sadarnya.
d.
Aplikasi Prinsip Gestalt
1) Belajar
1) Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif.
Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam
perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat memiliki
cara pandang baru terhadap suatu problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses
pembelajaran antara lain :
·
Pengalaman tilikan (insight) : bahwa
tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal
keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
·
Pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning) : kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan
tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan
makin efektif sesuatu yang dipelajari.
·
Perilaku bertujuan (purposive behavior)
: bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat
hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin
dicapai. Proses pembelajaran akan berjalaR efektif jika peserta didik mengenal
tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.
·
Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa
perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh
karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi
dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
·
Transfer dalam Belajar : yaitu
pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi
lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan
pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Judd
menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam
pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi).
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap
prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk
kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.
2) Insight
2) Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang
muncul setelah adanya proses pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah
adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada problem sejenis
tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena
penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis. Timbulnya
insight pada individu tergantung pada :
·
Kesanggupan. Kesanggupan berkaitan
dengan kemampuan inteligensi individu.
·
Pengalaman. Dengan belajar, individu
akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya
insight.
·
Taraf kompleksitas dari suatu situasi.
Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
·
Latihan. Latihan yang banyak akan
mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan
·
Trial and Error. Apabila seseorang tidak
dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan
hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.
3) Memory
3) Memory
Hasil
persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu,
jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip
organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul
dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan
pengaruh gosip/rumor. Fenomena gossip seringkali berbeda dengan fakta yang ada.
Fakta yang diterima sebagai suatu informasi oleh seseorang kemudian diteruskan
kepada orang lain dengan dengan dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun
belum menjadi fakta atau belum diketahui faktanya.
e.
Hukum – hukum Belajar
Gestalt
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini
ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider)
yang tunduk kepada hukum yang pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan,
ketertutupan, kesamaan, dan kontinuitas. Hukum Pragnaz Pragnaz adalah suatu
keadaan yang seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh individu mempunyai sifat
dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum
tambahan yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu :
·
Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam
waktu atau tempat cenderung dianggap sebaga suatu totalitas. Contohnya :
Garis-garis di atas akan terlihat sebagai tiga kelompok garis yang masing-masing
terdiri dari dua garis, ditambah dengan satu garis yang berdiri sendiri di
sebelah kanan sekali.
·
Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan
membentuk kesan totalitas tersendiri. Contohnya : Gambar garis-garis di atas
akan dipersepsikan sebagai dua segi empat dan garis yang berdiri sendiri di
sebelah kiri, tidak dipersepsikan sebagai dua pasang garis lagi setelah ada
garis melintang yang hampir saling menyambung di antara garis-garis tegak yang
berdekatan.
·
Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain,
cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.
Contohnya :
O O O O O O O O O O O O O
X X X X X X X X X X X X X
O O O O O O O O O O O O O
Deretan
bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan mendatar dengan
bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai deretan-deretan tegak.
·
Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola
kontinuitas pada obyek-obyek yang ada. Contohnya : Pada gambar diatas, kita
akan cenderung mempersepsikan gambar sebagai dua garis lurus berpotongan, bukan
sebagai dua garis menyudut yang saling membelakangi.
f. Contoh Psikologi Gestalt
dan Pembahasannya
·
Contoh :
Seorang
ibu memanggil anaknya berulang-ulang, namun anaknya tidak dapat mendengar
panggilan ibunya. Dan untuk yang kesekian kalinya, ibu memanggil nama anaknya
dengan keras seperti sedang membentak anaknya. Anaknya yang kaget mendengar
namanya dipanggil dengan nada tinggi oleh ibunya langsung merasa takut. Anaknya
memiliki persepsi bahwa ibunya marah kepadanya karena suatu hal. Padahal ibunya
memanggil anaknya dengan nada tinggi karena anak tersebut tidak dapat mendengar
suara ibunya. Tapi anaknya sudah mempunyai persepsi sendiri sebelum mengetahui
kebenarannya.
·
Pembahasan :
Cara kerja sesderhana dari psikologi gestalt adalah (sensasi
à persepsi). Sensasi adalah proses penyerapan dari indera
kita untuk yang pertama kali (dalam hal ini adalah suara ibu yang ditangkap
oleh telinga anak). Persepsi adalah proses perasaan yang kedua dengan
mendefinisikan sesuatu (dalam hal ini adalah anak yang berpikir bahwa ibunya
sedang marah kepadanya karena suatu hal).
g. Kesimpulan
Psikologi
gestalt adalah suatu aliran ilmu psikologi yang membahas tentang timbulnya
persepsi dengan adanya sensasi dari indera kita. Jadi, proses sederhananya
adalah sensasiàpersepsi. Sensasi adalah proses penyerapan dari indera kita
dan persepsi adalah perasaan kita yang mendefinisikan suatu hal. Dari sensasi
yang kita rasakan, kita dapat menyimpulkan sesuatu yang disebut persepsi.
Walaupun kesimpulan yang kita ambil belum tentu sesuai dengan kebenaran yang
ada. Teori Gestalt ini ditemukan oleh Max Wetheimer dan dikembangkan oleh Kurt Koffka dan
Wolfgang Kohler.
Daftar Pustaka
Nama : Firda Nur Zanah
NPM: 12515706
Kelas: 1PA06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar