Rabu, 20 April 2016

Kunjungan Budaya (Softskill)

Kunjungan budaya nusa tenggara timur

A.    Tujuan dari Kunjungan
 Saya dan teman-teman saya telah melakukan kunjungan ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pada kunjungan kali ini, saya, Firda Nur Zanah dan beberapa teman saya ditugaskan untuk melihat dan mempelajari berbagai unsur-unsur budaya yang dimiliki oleh daerah Nusa Tenggara Timur.
B.     Hasil dari Kunjungan
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Berikut adalah salah satu contoh kebudayaan yang berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur.

1.         Upacara adat
                        Upacara Adat Reba diselenggarakan khususnya di beberapa daerah di Kabupaten Ngada, NTT. Reba merupakan upacara adat yang bertujuan untuk melakukan penghormatan dan ucapan rasa terima kasih terhadap jasa para leluhur.Upacara ini diadakan setiap tahun baru tepatnya di bulan Januari atau Februari dengan hidangan utama berupa ubi. Bagi warga Ngada, ubi diagungkan sebagai sumber makanan yang tidak pernah habis disediakan oleh bumi. Selama upacara, diselenggarakan tarian dengan penari yang menggenggam pedang panjang (sau) dan tongkat warna-warni yang di bagian ujungnya dihiasi bulu kambing warna putih (tuba). Sebagai pengiring tarian adalah alat musik gesek berdawai tunggal yang terbuat dari tempurung kelapa atau labu hutan. Upacara adat Reba biasanya diselenggarakan selama tiga sampai empat hari, sebelum upacara tari-tarian dan nyanyian diadakan misa inkulturasi di gereja yang dipimpin seorang pater atau romo. Upacara ini memang memadukan unsur adat dengan agama.


 
Gambar 1. Upacara adat

2.      Rumah adat
Rumah temukung termasuk dalam kategori rumah panggung. Rumah yang bentuknya empat persegi panjang ini bagian-bagiannya ada yang bermakna filosofis dan ada yang non-filosofis (fungsional belaka). Rumah adat ini berasal dari Kerajaan Kupang yang sampai saat ini masih dipakai oleh sebagian masyarakt Nusa Tenggara Timur. Rumah ini beratapkan alang-alang dan berdindingkan pelepah daun siwalan atau tal.

3.      Tarian adat
Tarian adat yang ada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur sangat beragam, hal ini disebabkan karena jumlah suku yang mendiami wilayah ini sangat beragam serta ditambah dengan wilayah yang terdiri dari kepulauan. Berikut beberapa tarian dari daerah Nusa Tenggara Timur:
a.       Tari Hopong
Tarian ini berasal dari daerah Helong yang dilakukan untuk menmgiringi upacara Hopong. Hopong adalah sebuah upacara tradisional masyarakat Helong yang mengijinkan para petani untuk menuai atau panen di ladang pertanian. Upacara Hopong adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh para petani dalam bentuk doa bersama sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan dan nenek moyang. Upacara Hopong dilakukan pada masa panen disuatu rumah yang ditentukan bersama dan dihadiri oleh tua-tua adat serta lapisan masyarakat. Tarian ini juga menggambarkan kehidupan bersama nilai religius, gotong royong. Musik pengiring gendang, tambur, gong
b.      Tari Peminangan
Tarian ini berasal dari Kabupaten TTU. Tarian ini menggambarkan bentuk peminangan ala orang dawan di Kabupaten Timor Tengah Utara. Peminangan dapat juga diartikan sebagai suatu ungkapan perasaan cinta yang tulus, ungkapan kepolosan hati antara sepasang kekasih yang hendak mengikat kasih. Suatu ungkapan bahwa kehadiran dari seseorang diterima dengan sepenuh hati, dengan tangan terbuka. Tarian ini juga melambangkan penyambutan, penghormatan atas kehadiran seorang tamu istimewa yang mendatangi tempat mereka.
c.       Tari Likurai
Dalam masyarakat Kabupaten Belu tari Likurai merupakan tari yang dibawakan oleh gadis-gadis / ibu-ibu untuk menyambut tamu-tamu terhormat atau pahlawan yang pulang dari medan perang.
d.      Tari Dodakado
Tarian yang berasal dari permainan rakyat Alor ini menggambarkan keceriaan muda-mudi pada saat acara-acara pesta adat. Yang menarik dari tarian ini adalah ketangkasan muda-mudi dalam berlompat-lompat diatas permainan bambu.
e.       Tari Teotona
Tarian ini berasal dari kerajaan Oenale di Rote. Tarian ini termasuk tarian sakral dalam menyambut kaum pria yang kembali dari medan perang.
Pria dan wanita bersama-sama menunjukan kegembiraannya dengan menari secara ekspresif.
f.       Tari Ledo Hawu
Tarian ini biasa dibawakan pada saat upacara kematian kepala adat, dengan maksud mengusir setan ditengah jalan, agar perjalanan arwah kehadapan pencipta tidak dihalangi. Istilah lain dari tari ini dapat dikatakn sebagai penyapu ranjau. Tarian ini berasal dari Kabupaten Kupang/Sabu.
g.      Tari Leke
Tari ini mengambarkan pesta para masyarakat etnis Sikka Krowe sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan. Biasanya ditarikan pada waktu malam hari yang diiringi musik gong waning dengan lantunan syair-syair adat.
h.      Tari Poto Wolo
Tarian ini berasal dari Kabupaten Ende. Fungsi tari ini biasa digunakan untuk menjemput para tamu agung, atau seorang kepala suku yang diangkat secara adat. Poto artinya mengangkat atau menjunjung kebesarannya; Wolo artinya gunung atau bukit.
i.        Wasa Wojorana
Tarian ini biasanya dilaksanakan pada upacara adat rakyat Kabupaten Manggarai menjelang padi menguning. Wasa Wojarana menggambarkan luapan rasa gembira, dengan meilhat bulir-bulir padi lading yang menjanjikan dan sebagai ungkapan terima kasih kepada pencipta dan sekaligus memohon agar panen tidak gagal akibat bencana alam dan ancaman hama. Tarian ini ditampilkan ditampilkan dengan irama pelan dan cepat .
j.        Tari Todagu
Berasal dari Kbupaten Ngada. Todagu menggambarkan keperkasaan pemuda Nage Keo dalam berperang dan membangkitkan senmangat patriotisme. Tarian ini diiringi oleh bambu dan tambur.

k.      Tari Kandingadu
Pada zaman dahulu Kandingangu ditarikan pada upacara adata tradisional untuk memohon kehadiran pencipta alam semesta (dewa-dewi). Namun masa kini tari ini biasa dipentaskan saat menyambut tamu agung atau dalam acara ramah tamah. Tarian ini berasal dari Kabupaten Sumba Timur.
l.        Tari Yappa Iya
Tari ini menggambarkan kegiatan masyarakat Mbarambanja dalam kegiaatanya menangkap ikan. Tarian ini berasal dari Kabupaten Sumba Barat.
m.    Tari Caci
Caci atau tari Caci atau adalah tari perang sekaligus permainan rakyat antara sepasang penari laki-laki yang bertarung dengan cambuk dan perisai di Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Caci merupakan tarian atraksi dari bumi Congkasae- Manggarai. Hampir semua daerah di wilayah ini mengenal tarian ini.

4.      Pakaian Adat
Pakaian adat masyarakat Nusa Tenggara Timur sangat beragam. Karena hampir di setiap daerah terdapat pakaian adatnya masing-masing. Berikut beberapa pakaian adat yang ada di daerah Nusa Tenggara Timur:
 a. Kabupaten Rote
      Baju adat pria rote berupa kemeja berlengan panjang berwarna putih polos. Tubuh bagian bawah ditutupi oleh sarung tenun berwarna gelap, kain ini menjuntai hingga menutupi setengah betis. Motif dari kain ini bermacam-macam, bisa berupa binatang, tumbuhan yang ada tersebar di di kawasan Nusa Tenggara Timur. Dari motif yang nampak dari kain tenun tersebut dapat dilihat daerah asal pembuatan kain tenun tersebut. Sebagai aksesoris sehelai kain tenun berukuran kecil diselempangkan di bagian bahu. Motifnya serasi dengan kain tenun pada sarungnya. Selain itu, sebilah golok juga diselipkan di pinggang depan. Pria rote juga memakai Ti’i langga, yaitu penutup kepala yang berbentuk mirip dengan topi sombrero dari Meksiko. Ti’i langga terbuat dari daun lontar yang dikeringkan.
Wanita rote biasanya mengenakan baju kebaya pendek dan bagian bawahnya mengenakan kain tenun. Salah satu motif yang sering digunakan untuk menghiasi pakaian adat ini adalah motif pohon tengkorak. Sehelai selendang menempel pada bahunya. Rambut disanggul dan memakai hiasan berbentuk bulan sabit dengan tiga buah bintang. Hiasan tersebut disebut bulak molik. Bulan molik artinya bulan baru. Hiasan ini terbuat biasanya terbuat dari emas, perak, kuningan, atau perunggu yang ditempa dan dipipihkan, kemudian dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai bulan sabit. Selain itu, Aksesoris lainnya adalah gelang, anting, kalung susun (habas), dan pending. Kalung susun atau habas terbuat dari emas atau perak yang merupakan warisan turun-temurun dari sebuah keluarga suku Rote. Terkadang, ada yang menanggap bahwa habas merupakan benda keramat yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Selain habas, aksesoris lainnya adalah pending. Pending merupakan perhiasan yang terbuat dari kuningan, tembaga, perak dan emas dan biasa dipakai di bagian pinggang. Motif yang sering muncul sebagai hiasan pending adalah motif bunga atau hewan unggas.
b. Kabupaten Sabu
Baju adat Pria Sabu berupa ikat kepala, kemeja berlengan panjang berwarna putih polos. Tubuh bagian bawah ditutupi oleh sarung tenun dan sehelai kain tenun berukuran kecil diselempangkan di bagian bahu. Baju adat wanita Sabu biasanya mengenakan baju kebaya pendek dan bagian bawahnya mengenakan kain tenun dua kali lilitan dan tanpa aksesoris.
c. Kabupaten Helong
Pakaian adat Pria Helong biasanya berupa kemeja dengan selimut Helong besar diikat pada pinggang ditambah dengan selimut kecil. Aksesorisnya berupa destar, pengikat kepala dan muti leher atau habas.
Pakaian adat Wanita Helong adalah kebaya dengan Sarung diikat pada pinggang ditutup dengan selendang penutup. Aksesorisnya berupa Pending/ikat pinggang emas, muti salak/muti leher dengan mainan berbentuk bulan, perhiasan kepala bulan sabit/bula molik, dan giwang (karabu).
d. Kabupaten Amarasi
      Pakaian adat Pria Amarasi adalah kemeja dengan selimut besar pria diikat pada pinggang ditambah dengan selimut penutup dan selendang. Aksesorisnya berupa ikat pinggang pria, kalung habas emas berbandul gong, muti salak, ikat kepala atau destar dikombinasi dengan hiasan tiara, dan gelang Timor 2 buah.
Pakaian Adat Wanita Amarasi adalah kebaya dengan sarung diikat pada pinggangdan selendang penutup dan pending. Aksesorisnya berupa kalung muti salak, habas dan gong (liontin), hiasan kepala bulan sabit, tusuk konde koin 3 buah dan sisir emas, giwang (karabu), dan gelang kepala ular 2 buah (sepasang).

5.      Alat Musik
Alat musik di daerah Nusa Tenggara Timur juga sangat beragam. Contohnya, ada alat musik tiupseperti Foy Doa (Kabupaten ngada), Knobe Khabetas dan Knobe Oh (Kabupaten Dawan), Nuren (Sikka Timur), Prere (Manggarai), dan Suling (hampir di setiap daerah NTT). Ada alat musik petik, seperti Gambus (Flores Timur), Leko Boko (Dawan), Sowito (Ngada), dan Mendut (Manggarai). Ada juga alat musik bunyi-bunyian, seperti Kerontang (Pulau Komdo), Tatabuang (Flores Timur), Thobo (Ngada), dan Gong (hampir di setiap daerh NTT). Dan masih banyak lagi.
Lampiran

 

Gambar 1. Rumah Panggung






 Gambar 2. Rumah tradisional NTT




  


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar