Rabu, 20 April 2016

Perkembangan anak (Softskill)


Perkembangan Kognitif Anak Selama 3 Tahun Pertama

Dalam mempelajari perkembangan kognitif, para peneliti memerlukan suatu pendekatan. Berikut adalah beberapa pendekatan yang sering digunakan oleh para peneliti:

A.    Pendekatan Tingkah Laku: mekanisme dasar dari belajar
Para ahli perilaku lebih memfokuskan pada bagaimana perilaku berubah dalam merespon suatu pengalaman. Saat bayi lahir, bayi akan belajar dari apa yang mereka lihat, dengar, cium, rasa, dan sentuh, dan mereka juga memiliki kemampuan untuk mengingat apa yang telah mereka pelajari. Dan berikut adalah proses pembelajaran yang dipelajari oleh ahli perilaku: pengkondisian klasikal dan pengkondisian instrumental, lalu pembiasaan diri (habituasi).
1.      Pengkondisian klasikal dan instrumental
Pengkondisian klasikal memungkinkan bayi mengatisipasi suatu kejadian yang berulang sebelum hal itu terjadi lagi dengan menghubungkan antarstimulus. Pembelajaran dari pengkondisian klasikal juga dapat menghilang, jika tidak dikuatkan dengan asosiasi perilaku yang diulang-ulang.
Pengkondisian klasikal itu bersifat pasif, menyerap dan secara otomatis bereaksi pada stimulus. Sebaliknya, pengkondisian instrumkental bersifat aktif. Pembelajar bertindak atau bereaksi terhadap lingkungan. Contohnya, infant belajar untuk membuat respons tertentu pada stimulus lingkungan dalam rangka menghasilkan efek tertentu.
2.      Memori infant
Banyak pernyataan yang diajukan oleh para ahli menyangkut tentang memori infant. Seperti, Piaget (1969) dan yang lainnya mengatakan bahwa kejadian awal (setelah bayi dilahirkan) tidak disimpan oleh memori karena otak belum cukup berkembang untuk menyimpannya. Freud, percaya bahwa ingatan awal sebenarnya disimpan, tetapi ditekan karena mengganggu secara emosional. Penelitian lain, menunjukkan bahwa anak tidak bisa menyimpan suatu kejadian dalam memori mereka hingga mereka membicarakan sendiri tentang hal itu.
Penelitian lebih lanjut mengatakan, proses memori bayi mungkin tidak berbeda secara mendasar dari anak yang lebih tua dan orang dewasa kecuali ingatan bayi lebih pendek. Studi ini menemukan bahwa bayi mengulang aksi sehari-hari atau berminggu-minggu jika mereka secara periodik diingatkan oleh situasi ketika mereka mempelajarinya.
Contoh eksperimen Carolyn Rovee-Collier dan rekannya, bayi dikondisikan secara instrumental untuk menendang. Bayi usia dua hingga enam bulan, ketika ditunjukkan gerakan yang sama selama beberapa hari atau minggu kemudian, bayi akan mengulang gerakan yang sama. Ketika bayi melihat gerakan tersebut, mereka menendang lebih banyak dibandingkan sebelum dikondisikan, hal ini menunjukkan bahwa pengenalan kembali gerakan ini memicu memori pengalaman awal yang mereka alami.
Prosedur awal dan pengetahuan perseptual menunjukkan bahwa infant dengan gerakan menendang untuk mengaktifasi hal tersebut tidaklah sama dengan anak yang lebih tua atau orang dewasa dalam mengaktifasi memori yang sangat jelas dari kejadian tertentu. Masa infant adalah masa untuk perubahan yang sangat banyak dan ingatan mengenai pengalaman spesifik tidak mungkin digunakan untuk waktu yang lama. Mungkin ini salah satu alasan orang dewasa tidak mengingat kejadian yang muncul ketika mereka bayi.

B.     Pendekatan Psikometrik: tes perkembangan dan intelegensi
      Perilaku intelegensi berorientasi pada tujuan dan adaptif; mengarahkan diri untuk menyesuaikan diri terhadap persoalan dan kondisi kehidupan. Memungkinkan individu meningkatkan, mengingat dan menggunakan pengetahuan; untuk memahami konsep dan hubungan; dan untuk memecahkan masalah sehari-hari.
      Tujuan pengetesan psikometrik adalah untuk mengukur secara kuatintatif faktor yang diperkirakan membentuk kecerdasan (misalnya pemahaman dan penalaran) dan, dari hasil pengukuran, untuk memprediksi performansi di masa depan (seperti prestasi sekolah). Tes IQ (Intelegece Quotient) terdiri dari pertanyaan atau tugas yang diperkirakan dapat menunjukkan seberapa besar kemampuan yang dimiliki individu tersebut, dengan membandingkan performansi individu dengan norma yang dibentuk oleh kelompok besar dari pengambil tes yang menjadi standarisasi stempel.
      Namun, mengetes infant dan toddler adalah masalah lain. Karena, bayi tidak bisa mengetahui apa yang mereka tahu dan bagaimana mereka berpikir. Cara paling mudah untuk mengukur kecerdasan mereka dengan menentukan apa yang bisa mereka lakukan.
1.   Menguji infant dan toddler
            The Bayley Scales of Infant and Toddler Development (skala Bayley dari Perkembangan Infant dan Toddler) adalah tes perkembangan yang banyak digunakan untuk memeriksa anak dari usia satu bulan hingga 3,5 tahun. Skor Bayley III mengindikasikan kekuatan anak, kelemahan anak, dan kompetensi pada setiap lima area perkembangan; kognitif, bahasa, motorik, sosial-emosi, dan perilaku adaptif. Plihan angka skala perilaku bisa dilengkapi ole penguji di dalam bagian informasi dasar dari pengasuh anak. Skor yang terpisah disebut skor perkembangan (development Quotients/DQs), dihitung untuk setiap skala. DQs paling sering digunakan untuk mendeteksi awal gangguan emosi dan sensoris, system saraf, dan kekurangan dari stimulus lingkungan, dan membantu orang tua dan professional untuk membuat rencana kebutuhan masing-masing anak.
2.   Mengukur dampak awal dari pengaruh lingkungan rumah
            Pegukuran ini menggunakan Home Observbation for Measurement of the Environment (HOME) (R.H. Bradley, 1989; Caldwell & Bradley, 1984), pengamat terlatih mewawancarai pengasuh utama dan menggolongkan daftar cek ya-atau-tidak mengenai stimulasi kecerdasan dan mendukung observasi anak di rumah. Skor HOME memiliki hubungan secara signifikan dengan pengukuran perkembangan kognitif.
               Satu factor penting bahwa HOME mengukur orang tua yang responsif. HOME memberikan nilai pada orang tua dari infant dan toddler yang terlihat peduli atau mencium anak selama kunjungan penguji. Studi longitudinalmenemukan korelasi positif antara orang tua yang responsive terhadap anak usia 6 bulan dengan skor IQ anak, skor tes prestasi, dan penilaian guru terhadap perilaku anak di kelas pada usia 13 tahun.
               Namun, kita tidak bisa yakin akan dasar yang ditentukan bahwa orang tua yang responsif atau lingkungan rumah yang akan stimulus mampu meningkatkan intelegensi anak. Tetapi, dapat dikatakan orang tua yang terdidik cenderung mampu memberikan stimulasi yang positif terhadap lingkungan rumah, dank arena mereka juga mewariskan gen pada anak mereka, maka mungkin terdapat pengaruh genetis di dalamnya.
               Penbelitian lain mengidentifikasi tujuh aspek dari lingkungan rumah yang memungkinkan berkembangnya kognitif dan psikososial dan membantu persiapan anak untuk masuk sekolah, yaitu:
a.       Mendorong eksplorasi dari lingkungan.
b.      Mengawasi dalam hal keterampilan kognitif dasar dan psikososial.
c.       Merayakankemajuan perkembangan yang diperoleh.
d.      Member petunjuk dalam mempraktikan dan menambah keterampilan.
e.       Komunikasi lebih kaya dan responsif.
f.       Petunjuk dan pembatasan perilaku.
3.   Intervensi awal
            Intervensi awal adalah proses sisematik dari suatu perencanaan dan penyediaan layanan terapi dan pendidikan bagi keluarga yang membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan perkembangan infant, toddler, dan siswa prasekolah. Intervensi awal yang paling efektif adalah (1) mulai lebih awal dan dilanjutkan pada usia prasekolah; (2) waktu yang sangat terperinci (misal, memakan waktu lebih berjam-jam dalam sehari atau berhari-hari dalam seminggu, sebulan, atau setahun; (3) menyediakan pengalaman pendidikan secara langsung, tidak hanya sekedar pelatihyan bagi orang tua; (4) termasuk kesehatan, konseling, dan pelayanan sosial; dan (5) dibuat berdasarkan perbedaan dan kebutuhan individu.
      Berdasarkan studi menggunakan skala HOME dan studi neurologis dan penelitian lain menyarankan petunjuk berikut untuk membina perkembangan kognitif infant dan toddler:
a.       Pada bulan-bulan awal, sediakan stimulus sensoris, terapi hindari stimulus yang berlebih dari suara yang mengganggu.
b.      Sejalan dengan tumbuhnya bayi, ciptakan lingkungan yang mengembangkan pembelajaran satu diantaranya adalah dengan buku, objek yang menarik dan tempat untuk bermain.
c.       Berikan respos terhadap sinya dari bayi, hal ini membutuhkan perasaan percaya bahwa dunia adalah tempat yang ramah dan memberikan bayi perasaan control terhadap kehidupan mereka.
d.      Berikan bayi kekuatan untuk merasakan efek perubahan, melalui mainan yang bisa digoyang, dicetak atau digerakkan. Bantu bayi menemukan kenop pembuka pintu, saklar lampu dan lain-lain.
e.       Berikan kebebasan pada bayi untuk mengeksplorasi. Jangan membatasi mereka secara rutin di atas tempat tidur, kursi lompat atau ruangan kecil dan hanya member periode yang singkat dalam bermain. Biarkan bayi pergi dan merasakan lingkungan mereka.
f.       Bicara pada bayi. Mereka tidak akan belajar menggunakan bahasa dari mendengarkan radio atau televisi, mereka membutuhkan interaksi dengan orang dewasa.
g.      Dalam hal berbicara atau bermain dengan bayi, masuklah ke dalam hal apapun yang mereka minat pada saat itu dibandingkan dengan mencoba menarik mereka untuk tertarik pada hal yang lain.
h.      Susun peluang untuk belajar keahlian dasar, seperti memberi nama, membandingkan dan mengelompokkan benda, meletakkan komponen pada urutan, dan observasi konsekuensi dari suatu tindakan.
i.        Hargai keahlian baru dan membantu bayi untuk latihan dan mengembangkannya. Tetap ada di dekat mereka, tetapi jangan mengarahkan.
j.        Membacakan cerita kepada bayi dalam kehangatan dan suasana penuh kepedulian semenjak usia awal. Membacakan dengan suara nyaring dan bercerita mengembangkan kemampuan praliterasi mereka.
k.      Jangan terlalu sering menghukum mereka. Jangan menghukum atau mengejek hasil uji coba eksplorasi mereka.

C.    Pendekatan Piaget: tahap sensorimotor
Tahap pertama dari empat  tahap perkembangan kognitif adalah tahap sensorimotor. Melalui tahap ini (semenjak lahir hingga usia 2 tahun), infant belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka melalui aktivitas motorik dan sensoris yang berkembang. Bayi berubah dari manusia yang merespons secara mendasar melalui perilaku reflex dan perilaku acak menuju orientasi tujuan toddler.
SUBTAHAP DARI SAHAP SENSORIMOTOR
Tahap sensorimotor terdiri dari enam subtahab (table 5-2) yang berjalan dari skema yang satu ke yang lainnya, pola diatur melalui pemikiran dan perilaku, menjadi lebih terperinci.
Melalui tahap pertama dari lima tahap, bayi belajar untuk mengoordinasi masukan dari indra dan mengorganisir aktivitas  mereka dalam menjalin hubungan dengan lingkungan mereka. Melalui subtahab, kemajuan diperoleh dari pembelajaran melalui uji coba menggunakan symbol dan konsep untuk memecahkan masalah yang sederhana.
Kebanyakan pertunbuhan awal kognitif ini dating melalui reaksi melingkar, saat bayi belajar untuk menghasilkan ulang kejadian yang menarik atau menyenangkan melalui kesmpatan yang ada. Pada awalnya, ativitas seperti sensasi mengisap menjadi sangat menyenangkan sehingga bayi ingin mengulanginya lagi. Pengulangan yang dilakukan menghasilkan kesenangan, memotivasi bayi ingin mengulanginya lagi.

Pada tahap subpertama (lahir hingga 1 bulan), bayi baru lahir mulai melatih beberapa kontrol dari reflex bawaan yang dibawa sejak lahir, melakukan suatu tindakan bahkan ketika stimulus normal tidak hadir.  Sebagai contoh, bayi baru lahir mengisap  secara refleks ketika bibir mereka disentuh. Namun, segera mereka belajar untuk menemukan putting bahkan ketika tidak disentuh, dan mereka mengisap pada saat mereka tidak lapar. Perilaku baru ini mengilustrasikan bagaimana bayi memodifikasi dan memperoleh skema dari mengisap.

Pada subtahap kedua (sekitar 1 hingga 4 bulan), bayi belajar untuk mengulang secara bertujuan sensasi tubuh yang menyenangkan yang diperoleh melalui kesempatan yang ada (bicara, mengisap jempol,). Juga mereka memulai beralih menuju sumber suara, menunjukkan kemampuan untuk mengoordinasikan jenis yang berbeda dari informasi sensoris (mendengar dan melihat).
Subtahap ketiga (sekitar 4 hingga 8 bulan) bertepatan dengan minat baru dalam manipulasi objek dan belajar tentang benda yang dimilki. Bayi secara intens mengulang aksi tidak hanya kerana tujuan itu sendiri, seperti pada tahap kedua, tetapi untuk mendapat hasil di balik tubuh bayi itu sendiri. Sebagai contoh, bayi pada usia ini akan mengulangi menggoyang gemerincing untuk mendengar suaranya atau bersuara ketiak muncul wajah yang dikenal, untuk membuat wajah tersebut dapat dilihat lebih lama.
Pada bayi memasuki subtahap ke empat (sekitar 8 hingga 12 bulan), mereka belajar untuk menyimpulkan dari pegalaman masa lalu untuk memecahkan masalah yang baru. Mereka akan merangkak untuk mendapat sesuatu yang baru yang mereka inginkan, menggenggamnya, atau mendorong memisahkannya.

Subtahap
Usia
Deskripsi
Perilaku
1.      Menggunakan refleks
Lahir hingga 1 bulan


Infant melatih refleks yang dibawa sejak lahir dan membentuk beberapa kontrol melalui hal tersebut. Mereka tidak meraih objek yang mereka lihat.
Dorri mulai mengisap ketika payudara ibunya ada dalam mulutnya.
2.      Reaksi Putaran utama

1 hingga 4 bulan
Infant mengulangi perilaku yang menyennagkan yang muncul pada satu kesempatan (seperti mengisap jempol). Aktivitas focus pada tubuh bayi dibandingkan efek dari perilaku pada lingkungan. Bayi memperoleh adaptasi pertama, oleh karena itu meraka mengisap objek berbeda denga cara yang berbeda.
Ketika diberikan botol. Dylan yang biasanya ASI, mampu menyesuaikan isapannya pada dot karet.
3.      Reaksi Putaran kedua
4 hingga 8 bulan
Infant menjadi lebih tertarik pada lingkungan; mereka mengulangi tindakan yang menghasilkan sesuatu yang menarik (seperti: menggoyang mainan gemerincing dan memperpanjang pengalaman yang menarik.
Alejandro mendorong seral yang kering melalui pinggir kursi makannya dan melihat satu persatu bagian sereal yang jatuh ke lantai.
4.      Koordinasi skema kedua
8 hingga 12 bulan
Perilaku lebih hati-hati dan memiliki  tujuan seperti koordinasi skema yang telah dipelajari infant sebelumnya (misal,  melihat dan menggenggam gemerincing dan menggunakan perilaku sebelumnya untuk mencapai tujuan mereka (seperti merangkak melalui ruangan untuk mendapatkan mainan yang ia inginkan.
Anica menekan tombol pada mainan buku musiknya dan “Twinkle, Twinkle, Little Star terputar. Dia menekan lagi, dan lagi, memilih tombol yang lain sebagai pengganti untuk lagu yang lain.
5.      Reaksi sirkular yang ketiga
12 hingga 18 bulan
Toddler menunjukkan rasa ingin tahu dan melakukan percobaan, mereka secara bertujuan melakukan banyak tindakan untuk melihat hasilnya (contoh, dengan menggoyang gemirincing berbeda untuk mendengar suaranya). Mereka untuk menentukan apa yang baru dari suatu benda kejadian, dan situasi.
Ketika kakak perempuan Bjorn memegang papan buku ke penghalang tempat tidurnya, Bjorn berusaha mengambilnya. Usaha pertama yang dilakukan untuk mengambil buku tersebut terlalu lebar. Kemudian, Bjorn membalik buku tersebut, ke arah samping, menariknya dan memeluknya.
6.      Kombinasi mental
18 hingga 24 bulan
Sekarang toddler bisa secara mental mengartikan suatu kejadian, mereka tidak lagi membatasi uji coba untuk memecahkan masalah. Pemikiran simbolis balita memungkinkan mereka mulai berfikir mengenai kejadian dan antisipasi konsekuensi tanpa selalu memiliki tujuan pada tindakannya.
Jenny Jenny bermain dengan lpotss kotak, mencari dengan hatooohati-hati lubang yang tepat  untuk tiap bentuk sebelum me mencoba dan akhirnya  berhasberhasil.




















            Pada subtahab kelima (sekitar 12 hingga 18 bulan), bayu mulai bereksperimen dengan perilaku yang baru untuk melihat apa yang akan terjadi. Satu waktu ketika mereka mulai berjalan, mereka akan lebih mudah mengeksplorasi lingkungan. Mereka sekarang terlihat pada putaran reaksi tersier.  Sebagai contoh, balita mungkin meremas bebek karet yang menimbulkan bunyi mencicit ketika ditekan, untuk melihat apakah akan bercicit lagi.
            Subtahap keenam (sekitar 18 bulan hingga 2 tahun) adalah perpindahan menuju tahap properasional dari anak usia dini.  Kemampuan representasi-kemampuan secara mental menghadirkan objek dan tindakan-tindakan dalam memori, secara meluas, melalui symbol seperti kata-kata, angka, dan gambar mental- membebaskan toddler dari pengalaman langsung. Mereka bisa berpura-pura dan kemampuan represntasi mereka memengaruhi kerumitan dari kepura-puraan mereka (Bornstein, Haynes, O’Relly, & Painter, 1996).

APAKAH KEMAMPUAN IMITASI BERKEMBANG LEBIH DAHULU DARIPADA PEMIKIRAN PIAGET?
                  Imitasi adalah cara penting dalam belajar, hal ini secara khusus berguna pada akhir tahun pertama, sebagaimana bayi mencoba keterampilan baru. Piaget mengatakan bahwa imitasi yang tidak terlihat-imitasi menggunakan bagian dari tubuh yang tidak terlihat oleh bayi seperti mulut dan lidah-berkembang sekitar usia 9 bulan, kemudian imitasi yang terlihat, menggunakan tangan atau kaki, sebagai contoh, yang bisa dilihat bayi. Bahkan pada studi  dari Andrew Meltzolf dan M. Keith Moore (1983, 1989), bayi berusia kurang 72 jam memunculkan imitasi kepada orang dewasa dengan membuka mulut dan menjulurkan lidah mereka-respons yang ditemukan peneliti lain ini menghilang sekitar usia 2 bulan (Bjorklund & Pellegrini, 2000).
Peneliti beragumen bahwa mmendorong lidah mungkin hanya eksplorasi perilaku yang terangsang oleh pemandangan lidah orang dewasa (Bjorklund, 1997; S. S. Jones, 1996; Kagen 2008). Mendorong lidah menyediakan tujuan adaptif yang berbeda untuk infant muda yang merespon berdasarkan representasi kognitif perilaku orang lain. (Bjorklund & Pallegrini, 2000,Kagan, 2008). Jika begitu, menggunakan istilah imitasi untuk menggambarkan kedua tipe perilaku bisa jadi menyesatkan (Kagan, 2008).
                  Piaget juga mengatakan bahwa usia 18 bulan tidak bisa terlibat dalam imitasi yang tertunda dari tindakan yang mereka lihat sebelumnya karena mereka belum bisa mempertahankan representasi mental. Bagaimanapun, Piaget mungkin meremehkan, kemampuan infant, dan toddler karena keterbatasan kemampuan untuk berbicara berdasarkan apa yang mereka ingat. Bayi usia 6 minggu mengimitasi gerakan muka orang dewasa setelah penundaan selama 24 jam, dengan kehadiran orang dewasa yang sama, yang kali ini kurang berekpresi. Observasi ini menunjukkan bahwa bayi yang sangat muda bisa mengiinggat bayangan mental dari kejadian baru dan kompleks mulai terlihat usia 6 hingga 9 bulan (Bauer, 2002, Meltzolf & Moore, 1998).
Konsep atau Keterampilan
Pandangan Piaget
Penemuan Baru
Imitasi
Perkembangan imitasi yang tidak terlihat sekitar usia 9 bulan; imitasi yang tertunda dimulai setelah perkembangan representasi mental dalam subtahab keenam (18-24 bulan)
Studi controversial menemukan imitasi yang terlihat dan ekspresi wajah pada awal kelahiran dan imitasi yang tertunda pada awal usia 6 bulan.
Permanen Objek
Berkembang secara bertahap antara subtahap ketiga dari keenam.
Bayi usia 3.5 bulan (subtahap kedua) tampak menunjukkan pengetahuan mengenai objek, interpeksi penemuan ini masih diragukan.
Perkembangan simbolik
Tergantung pada pemikiran representasi, yang berkembang pada subtahap keenam (18 hingga 24 bulan)
Pemahaman mengenai gambar suatu benda yang lain muncul pada usia 19 bulan. Anak di bawah 3 tahun cenderung sulit mengartikan skala model.
Pengategorian
Tergantung pemikiran represntasi, yang berkembang pada subtahap keenam (18 hingga 24 bulan).
Bayi usia 3 bulan tampak mengenali kategori perseptual, pada akhir tahun pertama mereka mengategorikan fungsi.
Sebab akibat
Berkembang  secara lambat antara usia 4 hingga 6 bulan hingga 1 tahun, berdasarkan pemenuhan infant, dampak pertama dari tindakan mereka dan kemudian dampak berikunya yang berasal dari kekuatan luar.
Beberapa bukti menyatakan kesadaran awal dari suatu kejadian sebab akibat spesifik dalam dunua fisik, tetapi secara umum pemahaman sebab akibat lebih lambat untuk berkembang.
Jumlah
Tergantung pada penggunaan simbol yang diawali pada subtahap keenam (18-24 bulan).
Bayi usia 5 bulan dapat mengenali secara mental penjumlahan kecil, tetapi interpretasi penemuan ini masih diperdebatkan.

Satu studi  memprediksikan perbedaan individu dari tugas ini dari pindahan otak infant seperti saat mereka melihat foto dari prosedur pada urutan yang benar kurang kuat, hal ini mengindentifikasikan bahwa mereka gagal melakukan konsolidasi memori  untuk menyimpan dalam jangka panjang (Beur,dkk.., 2003). Empat faktor nampak menentukan anak berusia muda memanggil memori jangja panjang (1) urutan waktu kejadian dari pengalaman yang sudah terjadi. (2) apakah anak berpatisipasi atau hanya mengamati. (3) apakah anak menerima pengingat verbal dari pengalaman; dan (4) apakah urutan dari kejadian terjadi secata logis, dan dalam urutan sebab akibat (Bauer dkk., 2000).

PERKEMBANGAN PENGETAHUAN MENGENAI OBJEK DAN SIMBOL
Kemampuan untuk menerima ukuran dan bentuk objek dan untuk melihat gerakan mereka mungkun merupakan mekanise awal yang berkembang  untuk mencegah pradator (Rakison, 2005). Konsep objek-ide bahwa objek memilki eksistensi mandiri mereka, karakteristik, dan lokasi berjarak-adalah perkambangan kognitif dasar selanjutnya yang teratur melihat realitas fisik. Konsep objek adalah dasar kesadaran anak bahwa diri mereka sendiri eksis menjadi bagian dari objek dan orang lain. Penting untuk dipahami dunia yang penuh dengan objek dan peristiwa.
Kapan Permnanen Objek Berkembang?
Salah satu aspek konsep objek adalah objek bersifat permanen, realisasi bahwa objek atau orang berlanjut untuk tetap ada ketika sudah tidak terlihat.
Permanen objek berkembang secara berulang sepanjang tahap sensorimotor. Di awal, infant, tidak punya konsep. Pada subtahap ketiga, dari usia 4 hingga 8 bulan, mereka akan melihat sesuatu yang mereka jatuhkan; tapi jika mereka tidak bisa melihatnya, mereka bertindak seolah tidak apa-apa. Pada subtahap keempat, sekitar usia 8 hingga 12 bulan, mereka akan mencari objek pada tempat mereka menemukan pertama kali saatobjek tersembunyi, bahkan jika mereka melihat halite kemudian berpindah ke tempat lain; hal ini dikenal sebagai A bukan B, salah. Dalam subtahap kelima, 12 hingga 18 bulan, mereka tidak lagi membuat kesalahan ini, berdasarkan Piaget; mereka akan mencari objek pada tempat terakhir benda itu terlihat disembunyikan. Jadi, mereka tidak mencari benda itu pada tempat mereka tidak melihat benda itu di sembunyikan. Pada subtahap keenam, 18 hingga 24 bulan, permanen objek secara penuh diraih, toddler akan melihat objek bahkan jika mereka tidak melihat benda itu tersembunyi.
Penelitian lain menyatakan bahwa bayi mungkin gagal untuk mencari objek yang tersembunyi karena mereka belum bisa melakukan dua langkah atau dua tangan sebagai rangkaian tindakan, seperti misalnya memidahkan bantal atau mengangkat penutup kotak sebelum menggenggam objek. Ketika diberikan kesempatan ulang, sepanjang periode 1 hingga 3 bulan, untuk mengeksplorasi, manupulasi dan mempelajari tentang tugas tersebut, infant usia 6 hingga 12 bulan bisa sukses (Bojczyk & Clifton, 1998).

Perkembangan Simbolis, Kompetensi Gambar, dan Memahami Skala
Banyak pengetahuan yang didapatkan individu tentang dunia diperoleh, tidak melalui observasi langsung atau pengalaman, tetapi melalui simbol,representasi yang disengaja. Belajar untuk menginterpresentasikan simbol menjadi tugas penting pada masa kanak-kanak. Pertama, bagaimanapun, anak harus menjadi berpusat-simbol; perhatian ke simbol dan hubungan mereka ke hal-hal yang mempresentasikan mereka.
Dalam studi yang dilakukan di Amerika dan Semenanjung Ivury Afrika, infant, diamati menggunakan tangan mereka untuk mengeksplorasi gambar seandainyamereka objek-menggosok, menepuk, atau mencoba untuk mengangkat objek digambarkan pada halaman tersebut. Eksplorasi manual gambar mulai hilang pada usia 15 bulan. Meskipun demikian, tidak sampai 19 bulan anak mampu menunjuk gambar beruang atau telepon sambil mengucapkan namanya (“beh” atau “teltone”), hal ini menunjukkan pemahaman gambar sebagai simbol suatu benda. Pada usia 2 tahun, anak memahami bahwa gambar adalah antara objek dan simbol (Preissler & Bloom, 2007).
Toddler sering membuat skala kesalahan-berupaya bertindak melalui objek yang terlalu kecil untuk membiarkan oerilaku tampil secara efektif (Rosengren, Gutierrez, Anderson, & Schein, 2009). Dalam satu studi, usia anak 18 hingga 36 bulan direkam saat mencoba meluncur ke bawah prosotan kecil, duduk dalam rumah boneka, dan menyelip ke dalam miniature mobil setelah objek yang hampir sama dengan ukuran anak dipindahkan dari tempat bermain mereka. Sebagai tambahan peneliti menyatakan bahwa sistem otak secara normal bekerja bersama melalui interaksi dengan objek yang dikenal. Satu sistem yang memungkinkan anak mengenali dan mengategorikan objek (“itu adalah buggy”) dan merencanakan apa yang akan dilakukan dengan hal itu. (“Saya akan berbaring di dalamnya”). Sistem yang terpisah mungkin termasuk dalam penerimaan ukuran objek dan menggunakan informasi untuk mengontrol tindakan yang berkaitan dengan hal tersebut. Kerja sama tim yang salah antarsistem otak yang tidak matang mungkin menjadi alasan bagi anak yang lebih muda sering melakukan skala kesalahan. ( DeLoache, 2006).
Hipotesis representasi ganda menawarkan penjelasan lain mengapa anak usia dua tahun menginterpretasi modal skala. Berdasarkan hipotesis ini, sulit secara mental untuk toddler merepresentasikan antara simbol dan objek itu berdiri pada saat yang sama, sehingga mereka bingung antara kedua hal tersebut dan memperlakukan model skala sebagaimana mereka menjadi objek tersendiri pada saat itu.

EVALUASI TAHAP SENSORIMOTOR PIAGET
Berdasarkan Piaget, perjalanan dari perilaku refleks menuju awal pemikiran adalah panjang dan lambat. Selama satu setengah tahun berikutnya bayi belajar hanya dari indra dan gerakan mereka, tidak sampai pertengahan terakhir dari tahun kedua mereka membuat terobosan ke pemikiran konseptual. Sekarang, seperti yang dilihat, penelitian menggunakan tugas sederhana dan peraltan modern menyarankan bahwa pada batasan tertentu Piaget melihat kemampuan kognitif di awal, seperti objek permanen, mungkin memilki refleksi tidak matang dalam berbahasa dan kemampuan motorik. Jawaban yang diterima Piaget sebanyak fungsi dari jalan saat dia memberikan pertanyaan yang menrefleksikan kemampuan actual dari anak kecil.

D.    Pendekatan Pengolahan Infromasi: Persepsi dan Representasi
1. Habituasi/Pembiasaan
Habituasi atau pembiasaan adalah tipe belajar yang diulangi atau dipaparkan secara berkelanjutan kepada stimulus, seperti misalnya sorotan cahaya mengurangi perhatian kepada stimulus. Dengan kata lain, benda yang dikenali tidak lagi diminati.
Peneliti mempelajari habituasi/pembiasaan pada neonatus dengan mengulangi stimulus yang hadir (biasanya suara atau pola visual) dan kemudian memonitor respons seperti detak jantung, mengisap, pergerakan mata, dan aktivitas otak. Bayi yang mengisap secara tipikal berhenti mengisap dengan penuh semangat ketika stimulus yang pertama muncul dan memberi perhatian kepada stimulus baru. Setelah suara atau sinar yang sama diberikan lagi dan lagi, hal itu menghilangkan pengalaman baru dan tidak lagi menyebabkan bayi kurang mengisap.
Kembalinya bayi mengisap kuat menunjukkan bahwa bayi telah terhabituasi/terbiasa dengan stimulus. Penglihatan dan suara baru, bagaimanapun, akan mengalihkan perhatian bayi dan bayi akan mulai berhenti atau berkurang dalam mengisap. Respons baru terhadap stimulus baru ini disebut dishabituasi.
Peneliti mengukur efisiensi dari proses informasi oleh bayi dengan mengukur bagaimana bayi cepat berhabituasi kepada stimulus yang dikenal, seberapa cepat perhatian mereka tertuju pada stimulus baru, dan berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk melihat hal yang lama dan yang baru. Menyukai melihat hal-hal baru dan berhabituasi dengan mereka secara cepat berkaitan dengan tanda perkembangan kognitif selanjutnya, seperti eksplorasi cepat pada lingkungan, kepuasan bermain, pemecahan masalah dengan cepat, dan kemampuan memasangkan gambar. Kecepatan habituasi dan kemampuan mengolah informasi menunjukkan janji sebagai prediksi dari kecerdasan.
2. Kemampuan Pengolahan dan Persepsi Audio Visual
  Banyak waktu dihabiskan bayi untuk melihat jenis tanda yang berbeda yang diukur melalui preferensi visual, yang berdasarkan kemampuan perbedaan visual. Preferensi visual adalah kecenderungan infant untuk menghabiskan waktu lebih banyak melihat satu tanda dibandingkan yang lain. Bayi berusia kurang dari 2 hari lebih memilih garis kurva daripada garis lurus, pola kompleks ke pola sederhana, dari objek tiga dimensi ke objek dua dimensi, gambar wajah atau konfigurasi seperti wajah, ke gambar atau hal lain, dan tanda baru pada tanda yang dikenal (Frantz, 1963, 1964, 1965; Frantz, Fagen, & Miranda, 1975; Frantz & Nevis, 1967; Turati, Simon, Milani & Umilta, 2002). Kecenderungan untuk memilih tanda baru daripada familier disebut preferensi hal yang baru.
            Memori pengenalan visual adalah kemampuan membedakan rangsangan visual yang dikenal dari yang tidak dikenal ketika keduanya diberikan pada saat yang bersamaan. Memori pengenalan visual bisa diukur dengan menunjukkan bayi pada dua stimulus sisi demi sisi, satu sisi yang sudah dikenali dan satu sisi yang baru. Tatapan yang lebih panjang pada stimulus baru mengindikasikan bahwa bayi mengenali stimulus lain sebagai sesuatu yang dikenal, karena stimulus baru lebih menarik dan menguatkan apa yang dilihat sebelumnya, yang cenderung membuat bosan.
            Perbedaan individu dalam efisiensi pengolahan informasi merefleksi kecepatan yang dibentuk dan dipilih oleh gambaran mental. Ketika diperlihatkan dua pandangan pada saat yang sama, infant yang lebih cepat beralih perhatian dari satu hal ke yang lain cenderung memiliki memori pengenalan yang lebih baik dan lebih menyukai hal yang baru dibandingkan bayi yang lebih lama bertahan pada satu pandangan (Jankowski, Rose & Feldman, 2001; Rose, Feldman, & Jankowski, 2001; Stoecker, Colombo, Frick, & Allen, 1998).
            Kecepatan proses meningkat dengan cepat selama satu tahun pertama bayi. Berlanjut peningkatan sepanjang dua atau tiga tahun, balita menjadi lebih baik dalam hal membedakan informasi baru dari informasi yang telah mereka olah (P.R. Zelazo, dkk., 1995).
            Piaget menyatakan bahwa indera tidak tersambung saat kelahiran dan hanya meningkat dan terintegrasi melalui pengalaman. Jika begitu, integrasi ini berlangsung secepatnya. Fakta bahwa bayi baru lahir akan melihat pada sumber suara, menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendengaran dan penglihatan. Kemampuan yang lebih rumit adalah mode pengalihan, yaitu kemampuan menggunakan informasi yang diperoleh dari satu indera untuk memberi petunjuk pada yang lain, seperti ketika orang berada di ruangan gelap dengan perasaan dari lokasi objek yang dikenal dengan perasaan setelah melihat mereka dengan mata tertutup. Dalam satu studi, anak usia 1 bulan, menunjukkan mereka bisa mengalihkan informasi dari mengisap (menyentuh) menuju penglihatan. Ketika bayi melihat objek yang kaku (plastik keras berbentuk silinder) dan bersifat fleksibel (spons basah) menjadi termanipulasi oleh sepasang tangan, infant melihat objek lebih lama dari yang mereka isap (Gibson & Walker, 1984).
            Pada satu studi longitudinal, kemampuan anak usia 10 dan 11 bulan mengikuti tatapan orang dewasa dan panjang waktu yang dihabiskan untuk melihat objek yang ditatap orang dewasa memprediksi kosakata pembicaraan mereka pada usia 18 bulan dan 2 tahun. Bayi yang secara spontan menunjuk objek, memiliki kosakata secepat pertumbuhannya, mungkin karena orang tua cenderung memberikan label atau penamaan ketika menunjukkan barang kepada bayi (Brooks & Meltzoff, 2005, 2008).
            Menonton televisi menghalangi perkembangan atensional. Dalam studi longitudinal secara nasional, semakin banyak waktu anak menghabiskan menonton televisi pada usia 1 dan 3 tahun, semakin mereka mmiliki masalah atensi pada usia 7 tahun (Christakis, Zimmerman, DiGiuseppe, & McCarty, 2004). Bagaimanapun, ananlisis ulang terbaru pada data yang sama ditemukan bahwa hubungan antara menonton televisi dan masalah atensi terjadi hanya kepada anak yang menonton televisi dalam jumlah yang berlebih. Bahkan pada kasus ini, terdapat pengaruh yang diperoleh dari kehamilan dan terbatasnya pendapatan yang masuk (Foster & Watkins, 2010).
3. Pengolahan Informasi Sebagai Prediksi Kecerdasan
Dalam banyak studi longitudinal, habituasi dan kemampuan pemulihan atensi dari 6 bulan hingga 1 tahun lebih cukup berguna dalam memprediksi IQ usia 1 tahun dan pada 11 tahun yang juga ditunjukkan oleh mode hubungan mengolah kecepatan dan memori pada usia tersebut (Rose & Feldmen, 1995, 1997).
Waktu reaksi visual dan antisipasi visual bisa diukur oleh paradigma harapan visual. Pada rancangan penelitian ini, serangkaian computer menghasilkan gambar-gambar singkat muncul, beberapa di sekeliling sisi kanan, dan beberapa lagi di sekekliling sisi kiri dari daerah visual infant. Rangkaian yang sama dari gambar diulangi beberapa kali. Pergerakan mata pada bayi diukur untuk melihat seberapa cepat pergerakan pergantian tatapan untuk gambar yang muncul (waktu reaksi visual) atau tempat infant mengharapkan gambar berikut untuk muncul (antisipasi visual). Dalam studi longitudinal, waktu rekasi visual dan antisipasi visual pada bayi berusia sekitar 3,5 bulan berkolerasi dengan IQ anak pada usia 4 tahun.
Untuk satu hal, memprediksi IQ masa kanak-kanak dari pengukuran habituasi dan memori pengenalan hanyalah suatu bentuk sederhana. Lebih lanjut, prediksi berdasarkan pengukuran pengolahan informasi sendiri tidak dihitung dalam faktor lingkungan yang berpengaruh.
4. Pengolahan Informasi dan Perkembangan Kemampuan dari Piaget
-    Kategorisasi
Berdasarkan Piaget, kemampuan mengelompokkan benda-benda dalam suatu kategori tidak muncul hingga masuk subtahap keenam sensorimotor, yaitu sekitar usia 18 bulan. Bahkan, dengan melihat lebih lama suatu benda dalam kategori baru, bayi usia 3 bulan terlihat sudah mengetahuinya, sebagai contoh bahwa anjing bukanlah kucing (Quinn, Eimas, & Rosenkrantz, 1993). Infant pada saat mengkategorisasikan bentuk berdasarkan aspek-aspek persepsi, seperti bentuk, warna, dan pola. Namun, usia 12 hingga 14 bulan mereka mengubah kategorisasi menjadi bentuk konseptual berdasarkan pengetahuan dunia nyata, dan khususnya fungsi (Mandler, 1998, 2007; Mandler & McDonough, 1993, 1996, 1998; Oakes, Coppage, & Dingel, 1997). Ketika bayi diizinkan untuk memegang benda yang kecil, bahkan usia 7 bulan bisa mengatakan bahwa binatang berbeda dengan perabot rumah. Seiring waktu berjalan, konsep yang luas ini menjadi lebih spesifik. Sebagai contoh, anak 2 tahun mengenali kategori tertentu seperti “mobil” dan “pesawat”, di antara kategori keseluruhan dari “kendaraan” (Mandler, 2007).
Di usia 2 tahun, bahasa menjadi faktor dalam kemampuan untuk mengkategorikan. Dalam satu studi, bayi berusia 14 bulan yang telah memahami lebih banyak kata-kata menjadi lebih fleksibel dalam mengkategorikan daripada mereka yang sedikit memahami kosakata; mereka mengkategorikan objek dengan lebih dari satu kriteria, misalnya sebagai material maupun benda (Ellis & Oakes, 2006).
-    Sebab-Akibat
Pemahaman mengenai sebab-akibat, prinsip bahwa kejadian memiliki sebab yang teridentifikasi ini penting karena “mengizinkan orang untuk memprediksi dan mengontrol dunia mereka” (L.B. Cohen, Rundell, Spellman, & Cashon, 1999). Sekitar usia 4 hingga 6 bulan, bayi menjadi mudah untuk memegang objek, mereka mulai mengenali bahwa mereka akan bereaksi pada lingkungan mereka. Jadi, menurut Piaget, konsep sebab-akibat berakar di awal kesadaran akan kekuatan niat dalam diri.
            Bagaimanapun, studi pengolahan informasi menyatakan bahwa pemahaman sebab-akibat mungkin muncul lebih awal, ketika infant memiliki pengalaman dalam mengamati bagaimana dan kapan objek bergerak (Saxe & Carey, 2006). Infant usia 6,5 bulan tampaknya melihat perbedaan antara kejadian yang secara langsung disebabkan oleh peristiwa lain (seperti batu bata mendorong batu bata kedua, yang kemudian didorong keluar dari posisi) dan kejadian muncul tanpa sebab yang diketahui (misalnya, batu bata yang berpindah dari batu bata lainnya tanpa ada yang mengguncagnya) (Leslie, 1982, 1984).
            Peneliti juga mengeksplorasi harapan bayi tentang sebab yang tersembunyi. Dalam satu eksperimen, bayi usia 10 hingga 12 bulan melihat lebih lama ketika tangan manusia muncul dari sisi berlawanan saat kantong buncis dibuang daripada ketika tangan muncul dari sisi yang terlihat kantong buncis tersebut. Hal ini menyatakan bahwa tangan yang telah membuang kantong buncis. Jadi, pada usia 7 bulan muncul pengetahuan bahwa:
1)      Objek tidak bisa bergerak sendiri, harus ada sebab untuk mengatur pergerakan tersebut;
2)      Tangan cenderung menjadi agen penyebab dibandingkan mainan kereta atau balok;
3)      Eksistensi dan posisi dari agen sebab-akibat yang tidak terlihat dapat disimpulkan dari pergerakan benda mati.
Sebagai tambahan, bayi usia 7 bulan yang memulai merangkak mengenali dorongan dari objek itu sendiri, tapi bayi usia 7 bulan yang belum bisa merangkak tidak melakukannya. Penemuan ini menyatakan bahwa kemampuan infant untuk mengidentifikasi gerakan yang merupakan dorongan objek itu sendiri terkait dengan perkembangan dari pergerakan diri, yang memberikan mereka cara baru memahami objek dalam dunia mereka (Cicchono & Rakison, 2008).


-    Permanen Objek
Pelanggaran harapan adalah metode penelitian saat dishabituasi terhadap stimulus yang berkonflik dengan pengalaman yang digunakan sebagai bukti bahwa infant mengenali stimulus baru sebagai hal yang mengejutkan. Penelitian ini dimulai dengan tahap pembiasaan, yakni infant melihat peristiwa atau serangkaian peristiwa yang terjadi secara normal. Setelah infant terbiasa dengan prosedur ini, peristiwa diubah dalam cara berkonflik dengan harapan normal.
Menggunakan metode pelanggaran harapan, Renee Baillargeon (Baillargeon & DeVos, 1991) menemukan bukti dari permanen objek pada infant usia 3 bulan. Bayi melihat wortel yang panjang menghilang di layar yang memiliki panjang yang sama, tetapi gagal untuk muncul di dudukan besar dalam bagian atas dari layar sebelum muncul lagi di sisi yang lain. Infant menunjukkan keterkejutan dengan melihat lebih lama pada “peristiwa yang tidak mungkin” daripada “peristiwa yang mungkin” yang melibatkan wortel yang pendek, seperti yang dapat dilihat pada gambar di atas. Studi seperti ini menyatakan paling tidak bentuk yang belum sempurna dari permanen objek mungkin adadi awal kehidupan.
-    Jumlah
McCrink dan Wynn (2004) merancang suatu eksperimen untuk mengetahui apakah bayi berusia 9 bulan dapat menambah atau membagi jumlah yang besar juga untuk diskriminasi persepsi belaka. Infant melihat 5 objek yang abstrak bergerak ke balik lingkaran buram. Lima objek lagi muncul dan kemudian bergerak ke balik lingkaran. Infant melihat lebih lama ketika layar menjatuhkan 5 objek daripada ketika menjatuhkan 10 objek. Sama dengan, ketika 10 objek bergerak ke balik lingkaran dan 5 yang muncul kemudian pergi, infant melihat lebih lama ketika layar menjatuhkan 10 objek daripada saat menjatuhkan 5 objek. Penulis menyimpulkan “manusia memiliki sistem awal yang mendukung kombinasi dan manipulasi jumlah” (hlm. 780). Bagaimanapun, penelitian ini tidak menetapkan apakah konsep jumlah pada masa anak-anak selanjutnya. “Konsep atribusi jumlah pada infant sederhana karena mereka dapat mendiskriminasikan di antara susunan yang berisi angka yang berbeda dari elemen adalah analogi dari atribusi kompetensi jumlah dari merpati yang dapat diajarkan untuk mematuk kunci persis empat kali” (Kagan, 2008, hlm. 1613).
5. Evaluasi Penelitian Pengolahan Informasi pada Infant
Studi pelanggaran harapan dan informasi terbaru lainnya dalam penelitian pengolahan informasi pada infant menumbuhkan kemungkinan bahwa paling tidak bentuk yang belum sempurna dari kategorisasi, penalaran sebab-akibat, permanen objek, dan jumlah, mungkin ada di bulan awal kehidupan. Infant lahir dengan kemampuan penalaran―mekanisme belajar bawaan/asli yang membantu mereka memahami informasi yang dihadapi―atau bahwa mereka memperoleh kemampuan ini sangat awal (Baillargeon, 1994).
Bagaimanapun juga interpretasi ini kontroversial. Apakah infant secara visual tertarik dalam dalam kondisi yang tidak mungkin yang mengungkapkan pemahaman konseptual mengenai bagaimana sesuatu bekerja atau kesadaran persepsi belaka bahwa sesuatu yang tidak biasa terjadi? Faktanya, infant melihat melihat lebih lama pada satu layar daripada yang lain hanya dapat menunjukkan bahwa infant dapat melihat perbedaan antara dua hal. Representasi mental infant mengacu mungkin lebih dari memori sensoris sekilas pada apa yang baru mereka lihat. Lebih lama melihat peristiwa yang tidak terduga mungkin secara sederhana merefleksikan keidakpastian sementara mengenai tersebut.
Jadi, kritik mengatakan bahwa kita harus sangat berhati-hati mengenai melebih-lebihkan kemampuan kognitif infant dari data yang dapat memiliki penjelasan sederhana atau dapat mempresentasikan hanya sebagian pencapaian dari kemampuan yang matang (Kagan, 2008). 

E.     Pendekatan Neurosains Kognitif: Struktur Kognitif Otak.
      Beberapa penelitian telah menggunakan pindaian otak untuk menentukan tempat struktur otak berdampak, tempat fungsi kognitif dan untuk menetapkan perubahan perkembangan. Pindaian otak menyediakan bukti fisik dari lokasi dua system memori jangka panjang yang terpisah─implisit dan eksplisit─ yang mendapatkan dan menyimpan berbagai jenis infromasi yang berbeda. Memori implisit, berkembang diawal infancy pada ingatan yang terjadi tanpa usaha atau bahkan tanda kesadaran; berhubungan dengan kebiasaan dan keterampilan. Memori eksplisit atau memori deklaratif adalah kesadaran atau ingatan yang disengaja, biasanya berupa fakta, nama, peristiwa atau hal lain yang dijelaskan atau dinyatakan. Imitasi yang tertunda dari perilaku yang kompleks adalah bukti memori deklaratif berkembang diakhir tahap infancy dan toddlerhood.
Di awal infancy, memori relatif fana karena struktur penyimpanan memori tidak sepenuhnya terbentuk. Kematangan hippocampus, struktur dalam lobus temporal, bersama dengan perkembangan struktur kortikal. Dikoordinasikan oleh formal hippocampus membuat memori jangka panjang yang abadi mungkin terjadi.
Korteks prafrontal (Porsi besar dari lobus frontal langsung dibalik dahi) dipercayai untuk mengontrol banyak aspek dari kognisi. Bagian otak ini berkembang lebih lambat dari lainnya. Dari tahun pertama, korteks prefrontal dan asosiasi sirkuit mengembangkan kapasitas untuk memori kerja (penyimpanan jangka pendek dari informasi di otak yang aktif mengolah atau bekerja) di dalam memori kerja representasi mental dipersiapkan atau pemanggilan ulang bentuk dan penyimpanan.
Walaupun sistem memori berlanjut untuk berkembang dan melebihi masa infancy, kemunculan struktur memori otak menggaris bawahi pentingnya stimulus lingkungan dari bulan pertama kehidupan. Teori konteks sosial dan peneliti memberikan perhatian khusus terhadap dampak dari pengaruh lingkungan.

F.     Pendekatan Sosial Konteksual: Pembelajaran dari Interaksi dengan Pengasuh
Peneliti dipngaruhi oleh teori sosial budaya Vygotsky, bagaiman konteks budaya berdampak pada interaksi sosial diawal yang dapat mendorong kompetensi kognitif. Partisipasi terbimbing megacu pada ineraksi timbalik dengan orang dewasa yang membantu mengstrukturkan aktifitas anak dan menghubungkan kesenjangan pemahaman anak dan orang dewas. Konsep ini terinspirasi oleh pandangan  Vygotsky bahwa belajar sebagai kobaloratif.
Dalam suatu studi lintas budaya (Rogoff, Mistry, Goncu, dan Mosier, 1993), peneliti mengunjungi rumah 14 orang anak usia 1 sampai 2 tahun disetiap 4 lokasi budaya yang berbeda: kota Maya di Guatemala, desa suatu suku di India, dan lingkungan perkotaan kelas menengah di Salt Lake City, dan Turki. Investigator mewawancarai pengasuh mengenai praktik mengenai pengasuhan anak mereka dan melihat mereka membantu Toddler belajar memakai baju dan bermain dengan mainan yang tidak familier.
Peneliti mengamati perbedaan budaya berdampak pada tipe partisipasi terbimbing. Di kota Guatemala dan Desa di India tempat meliha anak dan ibunya menjahit dan menenmani ibu mereka bekerja di ladang, anak biasanya bermain sendiri atau dengan saudara yang lebih tua sementar ibu bekrja di sekitar mereka. Setelah demonstrasi awal dan intruksi, sebagian besar dalam nonverbal, sebagai contoh, bagaimana mengikat sepatu, anak mengambil alih, sementara orang tua atau pengasuh yang lain tetap bersedia untuk membantu. Toddler di Amerika Serikat, yang memiliki pengasuh penuh waktu, berinteraksi dengan orang dewasa, dalam konteks bermain bersama anak  daripada bekerja atau dunia sosial. Pengasuh mengelola dan memotivasi anak belajar dengan pujian dan kegembiraan. Keluarga di Turki, dimasa transisi dari kehidupan pedesaan kecara hidup perkotaan menujukan pola suatu tempat diantara.
Konteks budaya memengaruhi bagaiman pengasu berkontribusi pada perkembangan kognitif. Keterlibat orang dewas secara langsung dalam permainan dan belajar anak mungkin lebih diadaptasi pada masyrakat menengah perkotaan, ketika orang atau pengasuh memiliki waktu, lebih banyak keterampilan verbal, dan kemungkinan lebih tertarik dalam permainan dan belajar anak dari pada masyarakat pedasaan di negara berkembang  ketika anak sering mengamati dan berpartisipasi pada aktivitas bekerja orang tua (Rogoff dkk.,1993).
1. Perkembangan Bahasa
 Bahasa adalah sistem komunikasi berdasarkan kepada kata-kata dan tata bahasa. Sekali anak mengenal kata, mereka dan menggunakannya untuk merepsentasikan objek dan tindakan. Mereka dapat merefleksikan individu, tempat, dan benda-benda: dan mereka dapat mengomunikasikan kebutuhannnya, perasaanya, dan ide-ide untuk mengerahkan lebih banyak kontrol terhadap kehidupan mereka.   

RANGKAIAN  PERKEMBANGAN AWAL BAHASA
      Sebelum bayi dapat menggunakan kata-kata mereka menunjukan kebutuhan dan persaannya melalui suara yang bergerak maju, dari menangis kemendekut (aaah, uhh, dll) dan meraban (mm, ppp, ttt, dll) kemudian imitasi kebetulan, dan kemudian imitasi yang disengaja. Suara- suara ini dikenal sebagai tuturan pralinguistik. Infan juga tumbuh dalam kemampuan untuk mengenali dan memahami suara bicara dan untuk menggunakan gerak tubuh yang penuh makna. Bayi umumnya mengatakan ata pertamanya sekitar akhir tahun pertama, dan toddler mulai bicara dalam kalimat sekitar 8 bulan sampai setahun kemudian.
1. Vokalisasi Awal
Menangis adalah makna pertama kali dari komunikasi pada bayi baru lahir. Perbedaan nada, pola, dan intensitas merupakan sinyal lapar, mengantuk, atau marah (Lester & Boukydis, 1985). Antar 6 minggu hingga 3 bulan, bayi mulai berdekut ketika mereka bahagia—memekik, berteriak, dan mebuat suara vokal “ahh”. Disekitar 3 sampai 6 bulan, bayi mulai bermain dengan suara, mencocokan suara yang mereka dengar dari individu-individu disekitar mereka.
Meraban ( mengoceh tanpa makna)—mengulang rangkaian konsonan—vokal, sperti misalnya “ma-ma-ma-ma”—terjadi antara usia 6 hingga sepuluh bulan dan hal ini sering disalah artikan dengan kata pertama dari bayi.
Imitasi adalah kunci perkembangan bahasa. Pertama kali,infan tidak sengaja meimitasi suara bahasa dan kumidan melakukan imitasi diri mereka sendiri untuk membuat suara ini, kemudian, sekitar 9 hingga 10 bulan, infan sengaja meimitasi suara tanpa memahaminya. Sekali mereka memiliki suara reportoar, merangkai mereka dalam pola yang terdengar seperti bahasa tetapi tampaknya tidak memiliki makna. Akhirnya, setelah infan menjadi familier dengan suara kata-kata dan frasa mereka mulai melekatkan makna pada mereka pada mereka (Fernald, Perfors, & Marcman, 2006; Jusczyk & Hohne, 1997).
2. Memahami  Suara Bahasa dan Struktur
Imitasi dari suara bahasa membutuhkan kemampuan merasakan kehalusan perbedaan antar suara, infan dapat melakukan ini dari atau bahkan sebelum lahir.
Proses diskriminasi suara rupanya dimulai sejak dalam rahim. Dalam satu eksperimen dalam mengenai denyut jantung bayi di minggu ke-35 dari pembuahan, pelan ketika rekaman dari suara ibu yang telah sering berbicara diputar dekat perutnya. Detak jantung janin tidak melambat untuk suara bicara yang berbeda dengan perempuan hamil lainnya. Karena suara dalam perekam bukan suara ibunya, janin rupanya merespon, pada suara linguistik yang mereka dengar digunakan oleh ibunya. Penemuan ini menyatakan bahwa mendengarkan “ bahas ibu “ sebelum lahir mungkin peranada pada telinga infan untuk memilih suara.
Setiap suara meiliki sistem suara sendiri yang digunakan untuk memproduksi bicara. Di awal, infant bisa mendiskriminasikan suara dari beragam bahasa. Dalam waktu, walaupun begitu, proses yang sedang terjadi pada pola persepsi dsn pengatagorian membuat jaringan saraf otak untuk pembelajaran lebih lanjut terhadap pola behasa asli ( native language ) infant dan hambatan pembelajaran dimasa depan dari pola bahasa yang tidak asli. Di usia 6 hingga 7 bulan, pendengaran bayi telah belajar mengenali sekitar 40 fonem atau suara dasar dari bhasa asli dan menyesuaikan pad perbedaan kecil dalam cara orang-orang yang bicara membentuk suara tersebut.
Dimulai sedini mungkin, usia 6 bulan untuk mengucapkan vokal dan usia 10 bulan untuk huruf konsonan, pengenalan terhadap suara asli fonetis meningat secra signifikan, sementara diskriminasi terhadap suara bukan asli menurun. Menjalang akhir tahun pertama bayi kehilangan sensitivitas pada suara yang bukan merupakan  bagian dari bahasa atau bahasa yang biasa didengar bayi. Selama paruh kedua dari 1 tahun pertama kehidupan, bayi mulai menjadi lebih waspada pada aturan fonologi dari bahasa mereka—bagaimana suara diatur dalam berbicara. Dalam rangkaian  eksperimen, bayi berusia 7 bulan mendengarkan lebih lama “kalimat” yang berisi keteraturan berbeda dari suara yang tidak bermakna (seperti “wo fe wo” atau ABA)dari urutan yang telah  dibiasakan pada bayi (seperti “ ga ti ti “ atau ABB).
3. Gerak-Gerik (Gestur)
            Sebelum bayi bisa bicara, mereka menunjuk. Dengan menggunakan gerak tubuh , bayi menunjukan suatu pemahaman bahwa simbol dapat menujukan pada objek spesifik, peristiwa, keinginan, dan kondisi. Gerak tubuhbbiasanya muncul sebelu anak memiliki kosakata  25kata dan menghilang ketika anak belajar kata untuk ide mereka dulu menggunakan gerak tubuh dan sekarang bisa mengatakan langsung. Belajar gerak tubuh tampaknya membantu bayi untuk belajar berbicara. Awal gerak tubuh adalah prediktor yang baik untuk ukura kosakata selanjutnya.
4. Kata pertama
            Rata-rata bayi mengatakan kata pertama kadang-kadang antara 10-14 bulan, mengawali tuturan linguistik—eksperis verbal yang meiliki makna. Di awal, total repertoar verbal pada infant menjadi seperti “mama” atau “dada”. Atau mmungkin berupa suka kata yang memiliki makna lebih dari satu tergantung pada konteksnya saat mengucapkan “Da” dapat bermakan “saya menginginkan itu”, “saya ingin keluar”, “dimana ayah?” kata seperti ini yang mengekspreiskan. Pemikran yang kompleks disebut holofrasa. Bayi memahami banyak kata sebelum ,ereka dapat menggunakannya. Bayi berusia 6 bulan melihat lebih lama pada sebuah video dari ibu mereka ketika mereka mendengar “ibu” dan ayahnya saar mereka mendengar “ayah”, menyatakan mereka mulai mengasosiasikan suara dengan makna—paling tidak untuk invidu-invidu tertentu.
            Antar usia 10 sampai 2 tahun, proses bayi mempelajari kata secara bertahap berubah dari asosiasi sederhana ke mengikutu petunjuk sosial. Di usia 10 bulan, infant mengasosiasikan nama yang mereka dengan objek yang mereka temukan menarik. Di usia 12 bulan mereka mulai meberikan perhatian pada petunjukyang diberikan orang dewasa, misalnya dengan melihat atau menunjuk objek saat menyebut suatu nama. Di usia 18 bulan hingga 24 bulan, anak mengikuti petunjuk sosial dalam mempelajari nama, tanpa mempedulikan ketertarikan internal pada objek.
5. Kalimat Pertama
Terobosan pentin selanjutnya dalam liguistik muncu ketika toddler menggunakan dua kata bersamaan untuk mengekspresikan satu ide (“boneka jatuh”). Umumnya anak melakukan ini antara usia 18 hingga 24 bulan. Bagaimanapun juga usia ini memiliki rentang variasi yang besar. Walaupun tuturan parlinguistik secra dekat terikat pada usia kronologis, tetapi linguitik tidak. Hampur semua anak yang memulai bicara cukup terlambat, akhirnya harus mengejar ketinggalan—dan banyak pembentukan untuk waktu yang hilang dengan berbicara terus-menerus kepada siapapun yang mau mendengar.
Kalimat pertama anak umunya berhubungan dengan peristiwa sehari-hari, benda-benda orang-orang, atau beragam aktivitas. Kadang-kadang anatar 20 hingga 30 bulan , anak menujukan kompetensi yang meningkat dalam sintaksis (ilmu mengenai kalimat) , aturan untuk menggunakan kalimat bersama dalam bahsa mereka. Mereka juga menjdai meningkat kewaspadaanya dari tujuan komuniksai dalam berbicara dan apakah kata-kata mereka bisa dimengerti. Di usia 3 tahun, bicara  lancar, lama dan lebih kompleks. Walaupun anak seringkali menghilangkan bagian-bagian dari bicara, mereka mendapatkan makna dengan baik. 

KARAKTERISTIK DARI TURUNAN AWAL/DINI
Anak kecil biasanya menyederhanakan kalimat. Mereka menggunakan tuturan telegrafis untuk mengatakan secukupnya agar kata-kata menreka dimengerti (“Tidak mandi!”). anak kecil meemahami hubungan tata bahasa, tetapi belum bisa mengekspresikannya. Misalnya, Firda bisa memahami bahwa kucing mengejar tikus, tetapi dia tidak bisa memadukan kata yang cukup untuk mengekspresikan tindakan yang lengkap. Kata-kata yang muncul dari mulut dia “Kucing mengejar” daripada “Kucing mengejar tikus”. Anak kecil mempersempit perluasan kata, anak kecil juga melebihkan perluasan makna kata, anak kecil lebih mengatur aturan. Mereka menerapkan aturan secara kaku, tidak mengetahui bahwa beberap peraturan mmiliki pengecualian. Ketika anak belajar pertama kali guna aturan, di tahap cepat, membentuk kata sifat dari kata benda, mereka mengaplikasikan secara universal. Langkah selanjutnya adalah untuk belajar pengecualian dalam aturan, umumnya dilakukan pada usia awal sekolah.

TEORI KLASIK KEMAHIRAN BAHASA: DEBAT ANTARA NATURE-NURTURE
Apakah kemajuan linguistic dipelajari atau bawaan? Tahun 1950-an, sebuah debat terjadi antardua sekolah filsafat: satu dipimpin oleh B.F Skinner, pelopor terkenal teori belajar, sedangkan satunya oleh tokoh linguistic Noam Chomsky.
            Skinner (1957) mengelola pembelajaran bahasa, seperti pembelajaran yang lain berdasarkan pada pengalaman. Berdasarkan teori klasik belajar, anak belajar bahasa melalui pengondisian klasikal. Saat pertama bayi mengucapkan suara yang acak. Pengasuh menguatkan suara yang terjadi menyerupai pembicaraan orang dewasa dengan senyum, perhatian, dan pujian. Infant kemudian mengulang suara-suara  yang mendapatkan penguatan. Berdasarkan teori belajar sosial, bayi mengimitasi suara yang mereka dengar dari suara yang dibuat orang dewasa dan lagi, dikuatkan untuk melakukannya.
            Seperti yang disampaikan Chomsky (1957) secara persuasif membantah, mereka tidak bisa sepenuhnya menjelaskannya. Untuk satu hal, kombinasi kata dan nuansa ada begitu banyak dan kompleks dan tidak bisa diperoleh semuanya oleh imitasi spesifik dan penguatan. Pandangan Chomsky disebut nativisme (teori bahwa manusia memiliki kapasitas bawaan untuk kemahiran bahasa) menekankan aktif dari pembelajaran. Karena bahasa adalah universal pada manusia, Chomsky mengusulakn bahwa otak manusia memiliki kapasitas bawaan untuk kemahiran bahasa: bayi belajar untuk berbicara sealami dia belajar berjalan.  Dia menyatakan bahwa perangkat kemahiran bahasa (language acquisition device/LAD) adalah program bahwa otak anak untuk menganalisis bahasa yang mereka dengar dan untuk menemukan aturannya.
            Dukungan terhadap nativisme datang dari kemampuan baru lahir. Nativisme menunjukkan bahwa hampir semua anak ahli dalam bahasa asli mereka pada rangkaian usia yang sama yang terkait tanpa pengajaran formal. Pandangan ini tidak memberitahu kita mengapa beberapa anak kemahiran bahasanya lebih cepat an efisien dibandingkan yang lain, kenapa anak berbeda dalam keterampilan bahasa dan kefasihan, atau mengapa munculnya perkembangan bicara tergantung pada memiliki seseorang yan bisa diajak berbicara, tidak hanya mendengarkan pembicaraan bahasa belaka.
            Aspek dari teori belajar dan nativisme telah digunakan untuk menjelaskan bagaimana bayi yang tunarungu belajar bahsa isyarat, yakni strukturnya seperti bahsa lisan dan diperoleh dalam rangkaian yang sama. Bayi yang tunarungu dari orang tua yang tunarungu tampaknya mengimitasi bahasa isyarat yang mereka lihat digunakan orang tuanya, pertama merangkai bersama gerakan yang tidak bermakna dan kemudia meniru mereka lagi dan lagi yang disebut sebagai “hand-babbling  (ocehan tangan).” Beberapa bayi tunarungu membentuk sendiri bahasa isyarat mereka saat mereka tidak memiliki model untuk diikuti.
            Teori belajar tidak menjelaskan korespondensasi antara usia ketika kemajuan linguistik di keduanya, bayi yang mendengar dan tidak, secara umum terjadi. Bayi tunarungu memulai ocehan tangan antara usia 7 sampai 10 bulan, sekitar usia yang sama dari bayi yang bisa mendengar ocehan bersuara. Bayi tunarungu juga mulai menggunakan kalimat dalam bahasa isyarat di sekitar waktu yang sama dengan bayi yang bisa mendengar mulai mengatakan kalimat. Observasi ini menyatakan bahwa kapasitas bahasa bawaan mungkin mendasari kemahiran keduanya, bahasa lisan dan isyarat dan kemajuan pada kedua jenis bahasa tersebut terikat erat dengan kematangan otak.

PENGARUH PADA AWAL PERKEMABNGAN BAHASA
Perkembangan Otak Pertumbuhan otak yang dahsyat selama bulan-bulan awal dan tahun terkait dekat dengan perkembangan bahasa. Bayi yang baru saja lahir menagis dikontrol oleh batang otak dan pons., bagian yang paling primitif dari otak dan yang paling awal berkemabang. Pengulangan ocehan dapat muncul dengan bagian yang matang dari korteks motorik, control gerakan pada pangkal wajah dan pangkal tenggorokan. Hubungan antara persepsi fonetis otak dan sistem motorik di usia paling awal 6 bulan. Perkembangan bahasa aktif berdampak pada  jaringan kerja otak, mengikat mereka pada pengenalan hanya pada suara bahasa asli.
              Sekitar 98 persen induvidu, otak bagian kiri lebih dominan untuk bahasa, walaupun otak bagian kanan juga berpartisipasi. Studi mengenai ocehan bayi menunjukkan bahwa mulut lebih terbuka disebelah kanan daripada kiri. Bagian kiri dari otak mengontrol aktivitas pada tubuh bagian kanan, dan lateralisasi dari fungsi linguistik rupanya mulai mengambil posisi di kehidupan yang sangat awal.

INTERAKSI SOSIAL: PERAN DAN ORANG TUA DAN PENGASUH
Bahasa adalah tindakan sosial, tidak hanya berupa mesin biologis yang diperlukan dan kapasitas kognitif, tapi juga interaksi dengan pasangan hidup yang komunikatif. Anak yang tumbuh besar tanpa kontak sosial yang normal, missal anak yang autisme tidak mengembangkan bahasa normal. Begitu juga anka yang terpapar bahasa hanya melalui televisi.
Periode Paralinguistik pada tahap ocehan, orang dewasa membantu infant dalam kemanjuan  terhadap bicara yang sebenarnya mengulang suara yang dibuat bayi. Perkembangan kosakata ketika bayi mulai bicara, orang tua atau pengasuh dapat mendorong perkembangan kosakata melalui pengulangan kata pertama bayi dan melafalkannya dengan benar.
Ibu dengan status sosial ekonomi yang tinggi cendrung menggunakan kosakata yang kaya dan pengucapan yang panjang, dan anak usia 2 tahun mereka memiliki kosakata lisan yang besar, sebanyak 8 kali besar anak yang berasal dari status sosial ekonomi rendah pada usia yang sama. Di usia 3 tahun kosakata anak dari pendapatan rendah sangat beragam, tergantung pada bagian besar perbedaan tipe kata yang mereka dengar dari kata yang digunakan ibunya.
Anak yang belajar dua bahasa cendrung memiliki kosakata yang lebih sedikit di setiap bahasa daripada anak yang hanya satu bahasa. Anak dengan dua bahasa sering kali menggunakan elemen dari campur kode (code mixing). Kemampuan untuk berganti dari satu bahasa ke bahasa lain dinamakan alih kode (code switching).

Tuturan Diarahkan Anak (child-directed speech/CDS) adalah bentuk dari tuturan yang sering kali digunakan saat berbicara dengan bayi atau toddler, termasuk bicara sederhana yang pelan, dalam suara bernada tinggi, berlebihan suara vocal, kata dan kalimat yang pendek, banyak pengulngan, juga disebut parentese atau motherese.

PERSIAPAN UNTUK LITERASI: MANFAAT DARI MEMBACA KERAS
Dalam suatu studi terhadap keluarga dengan taraf ekonomi rendah, sekitar setengah dari ibu melaporkan setiap hari membacakan anaknya yang prasekolah, usia 14 bulan hingga 3 tahun. Anak yang dibacakan setiap hari memiliki kognitif yang lebih baik dan keterampilan bahasa di usia 3 tahun. Dan kemunculan kemampuan berbahasa mereka berakibat pada kesiapan sekolah dan selanjutnya pada pencapaian akademis. Kemampuan bahasa diawal berdampak lebih pada lingkungan rumah daripada genetis,  menyatakan bahwa program intervensi dengan target variable dalam rumah.
            Orang dewasa cendrung memiliki 3 gaya membaca untuk anak: gaya yang mendeskripsikan, gaya yang member pemahaman, dan gaya yang berorientasi pada performa. Gaya yang mendeskripsikan focus pada meggambarkan apa yang terjadi pada gambar dan mengajak si anak melakukan hal yang sama (“Apa yang Ayah dan Ibu makan saat sarapan?”). pemberi pemahaman mendorong anaj untuk melihat lebih dalam makna dari cerita dan untuk membuat kesimpulan dan prediksi (“Menurutmu apa yang akan dilakukan harimau sekarang?”). pembaca yang berorientasi pada performa membaca cerita langsung melalui pengenalan tema utama terlebih dahulu dan memberikan pertanyaan setelahnya. Orang dewasa yang membaca dnegan gaya keras adalah yang terbaik untuk kebutuhan dan keterampilan anak. Dalam sebuah studi eksperimental terhadap 50 anak berusia 4 tahun di Dunedin, New Zealand, gaya pendeskripsi meghasilkan manfaan keseuluruhan yang terbesar untuk kosakata dan keterampilan mencetak, tetapi gaya yang berorientasi performa lebih bermenfaat bagi anak yang memulai dengan kosakata yang banyak. 

Sumber:
Papalia. (2014). Human Development. Jakrta: Salemba Humanika 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar