Harimau
Sumatera
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi
Tugas Softskill
Disusun oleh :
Firda Nur Zanah (NPM: 12515706)
KELAS
1PA06
FAKULTAS
PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
Mata
Kuliah: Matematika &Ilmu Alamiah Dasar
Universitas Gunadarma 2015
§
Harimau Sumatera
Harimau sumatera (bahasa Latin: Panthera tigris
sumatrae) adalah subspesies harimau yang habitat aslinya di pulau
Sumatera. Harimau Sumatera dapat ditemukan
di berbagai habitat dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi, dari
hutan di pegunungan sampai hutan rawa gambut. Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) adalah
subspesies terkecil harimau di dunia dengan panjang tubuh hanya sampai 2,5
meter. Ukuran Harimau sumatera yang kecil membuatnya mampu bergerak dengan
mudah di hutan Sumatera yang lebat. Penampilan harimau sumatera sangat berbeda
dengan spesies harimau lain seperti garis-garis harimau sumatera yang lebih
sempit dibandingkan dengan spesies harimau lain dan mereka juga memiliki surai
yang lebih besar. Harimau sumatera juga memiliki kaki berselaput kecil yang
memungkinkan mereka untuk berenang lebih efisien dalam mengejar mangsanya.
Harimau
Sumatera adalah predator dominan pemakan daging (karnivora). Mereka berburu
mangsanya dengan cara menguntit diam-diam sampai harimau sumatera memiliki
kesempatan untuk menangkap mangsanya ketika lengah. Harimau sumatera berburu
hewan mamalia besar seperti rusa, babi hutan, sapi dan kambing.
Dengan
ukuran dan kekuatan harimau sumatera yang sangat efektif dalam berburu
mangsanya, mereka tidak memiliki predator alami di lingkungan aslinya. Manusia
yang berburu harimau sumatera serta menghilangkan habitatnya adalah
satu-satunya ancaman terhadap keberadaan harimau sumatera. Penghancuran
habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap
berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66
ekor harimau sumatera terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.
Dan harimau
ini merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup
hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah
(critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis
Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara
400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional
di Sumatera.
§ Ciri-ciri Harimau Sumatera
Harimau sumatera adalah subspesies harimau
terkecil. Harimau sumatera mempunyai warna paling gelap di antara semua
subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat
kadang kala tidak
terdapat jarak. Harimau sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92
inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki
dengan berat 300 pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa
dapat mencapai 60 cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar
198 cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg. Belang harimau sumatera lebih
tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit harimau sumatera merupakan
yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan
hingga orange tua.
Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan
subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil memudahkannya
menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka
mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air,
terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna
menjadi hijau gelap ketika melahirkan.
Harimau sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera.
Kucing besar ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan
pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar
400 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan sisanya tersebar di
daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang
250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau
sumatera mengalami ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti
blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan
terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga
perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang
semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih
dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena
tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja
dengan manusia.
§
Makanan Harimau Sumatera
Makanan harimau sumatera tergantung dari tempat
tinggalnya dan seberapa berlimpah mangsanya. Sebagai predator utama dalam
rantai makanan, harimau mepertahankan populasi mangsa liar yang ada di bawah
pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang mereka
makan dapat terjaga. Mereka memiliki indera pendengaran dan penglihatan yang
sangat tajam, yang membuatnya menjadi pemburu yang sangat efisien. Harimau
Sumatera merupakan hewan soliter, dan mereka berburu pada malam hari, mengintai
mangsanya dengan sabar sebelum menyerang dari belakang atau samping. Mereka
memakan apapun yang dapat ditangkap, umumnya babi hutan dan rusa, dan
kadang-kadang unggas atau ikan. Orangutan juga dapat
jadi mangsa, mereka jarang menghabiskan waktu di permukaan tanah, dan karena
itu jarang ditangkap harimau. Harimau sumatera juga gemar makan durian.
Harimau sumatera juga mampu berenang
dan memanjat pohon ketika memburu mangsa. Luas kawasan perburuan harimau
sumatera tidak diketahui dengan tepat, tetapi diperkirakan bahwa 4-5 ekor
harimau sumatera dewasa memerlukan kawasan jelajah seluas 100 kilometer di
kawasan dataran rendah dengan jumlah hewan buruan yang optimal (tidak diburu
oleh manusia).
§
Reproduksi
Harimau sumatera dapat berbiak kapan saja.
Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2
atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau
baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun binatang ada
yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu
induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan
padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama
kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6
bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun
anak harimau dapat berdiri sendiri. Harimau Sumatera dapat hidup selama 15
tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.
§ Populasi
dan Penyebaran Harimau Sumatera
Saat ini,
diperkirakan populasi harimau sumatera tersebar di 18 kawasan konservasi dan
kawasan hutan lain yang berstatus sebagai hutan lindung dan hutan produksi,
yang terpisah satu sama lain. Delapan lokasi yang sudah teridentifikasi
terdapat harimau sumatera, diantaranya yaiu Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan (TNBBS), Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Taman Nasional Kerinci
Seblat (TNKS), Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) dan Taman Nasional Tesso
Nillo (TNTN). Salah satu lokasi yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)
disebut-sebut sebagai tempat populasi terbesar harimau sumatera saat ini. Dari
tahun ke tahun, populasi harimau sumatera selalu menurun. Penyebab terjadinya
penurunan populasi harimau sumatera antara lain :

Konflik
manusia dan harimau mulai muncul sejak awal tahun tujuh puluhan, dimana pada
waktu itu tingginya pertumbuhan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan
ekonomi telah menyebabkan peningkatan kebutuhan akan pemanfaatan lahan. Alih
fungsi hutan untuk keperluan manusia menjadi tidak terhindarkan. Kehilangan
habitat alaminya menimbulkan potensi konflik antara manusia dengan harimau
sumatera. Berdasarkan informasi sejak tahun 1978 s/d 1997 terdapat sebanyak 146
orang meninggal dan 30 orang luka-luka dan 870 ekor ternak terbunuh akibat
konflik manusia dengan harimau. Setelah itu antara 1995 s/d 2008 di Pulau
Sumatera telah tercatat sedikitnya hampir 100 konflik manusa dengan harimau
terjadi, dengan korban manusia 41 orang meninggal, 21 orang luka dan 343 ternak
mati/luka serta 24 ekor harimau mati (Buletin Konservasi Harimau, 2008).

Terjadinya
deforestasi dan degradasi hutan di Pulau Sumatera yang sangat besar secara
tidak langsung akan menimbulkan ancaman terhadap keanekaragaman hayati yang
ada. Deforestasi dan degradasi akan menyebabkan hilangnya hutan atau
terpotong-potongnya hutan menjadi bagian-bagian kecil dan terpisah. Ancaman
terbesar terhadap kelestarian harimau adalah terjadinya konvensi kawasan hutan
sebagai habitat harimau dirubah untuk tujuan pembangunan seperti perkebunan,
pertambangan, perluasan pemukiman, transmigrasi dan pembangunan infrastruktur
lainnya. Selain mengakibatkan fragmentasi habitat, berbagai aktivitas tersebut
juga sering memicu konflik antara manusia dan harimau, sehingga menyebabkan
korban di kedua belah pihak bahkan sering berakhir dengan tersingkirnya harimau
dari habitatnya.

Makanan utama harimau di hutan
populasinya selalu mengalami penurunan dari tahun-ketahun. Rusa, babi, kera,
kijang dan sebagainya yang merupakan mangsa utama harimau banyak menjadi
sasaran untuk kegiatan perburuan. Banyaknya pemburu liar yang sering masuk
kawasan konservasi dan kawasan hutan lainnya yang menjadi habitat harimau
sumatera, merupakan ancaman terbesar bagi kelestarian satwa yang dilindungi
tersebut. Terbatasnya jumlah makanan dan terpotong-potongnya habitat satwa ini
menyebabkan terpotongnya daerah jelajah (home ring) harimau oleh
kegiatan pembangunan dan kondisi harimau yang mengalami kesulitan mencari
mangsa, berakibat harimau memangsa ternak masyarakat yang berada di sekitar
hutan bahkan manusia pun tidak luput menjadi sasaran makanan oleh harimau.

Faktor kesulitan perekonomian
masyarakat karena akan desakan kebutuhan dan adanya keinginan kelompok tertentu
atau seseorang yang ingin menjadikan bagian dari tubuh harimau (kulit, tulang,
taring dan daging) sebagai koleksi pribadi (offsetan) menjadi faktor
penyebab seseorang untuk memperdagangkan satwa ini. Bahkan akhir-akhir ini, di
dunia maya (internet) sekalipun ada perusahan atau perorangan yang
terang-terangan mengiklankan satwa tersebut lengkap dengan harga tiap bagian
dari tubuh harimau yang akan dijual.

Kegiatan perburuan harimau sumatera
sampai saat ini masih terus berjalan, walau larangan yang ada sudah jelas bagi
para pemburu akan diberi sangsi tegas dan hukuman. Namun masih tingginya minat
untuk memiliki offset-an atau diperdagangkan untuk bahan baku turunannya
menjadikan kegiatan perburuan harimau sumatera masih sulit diatasi. Pemerintah
harus bisa menerapkan sanksi yang tegas terhadap para pemburu atau pemilik
offsetan agar memberikan efek jera. Sehingga penurunan populasi harimau sumatera
akibat kegiatan perburuan dapat diminimalisir.
§ Upaya
Konservasi Harimau Sumatera
Perdagangan bagian tubuh harimau di Indonesia adalah
perbuatan kriminal, karena melanggar Undang-Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistemnya. Berdasarkan pasal 21 dalam undang-undang nomor 5 tahun
1990 poin (d) bahwa "setiap orang dilarang untuk memperniagakan, menyimpan
atau memiliki, kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau
barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa tersebut atau
mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di
luar Indonesia". Pelanggar dari ketentuan tersebut dapat dikenakan sanksi
pidana berupa hukuman penjara maksimal 5 tahun dan denda maksimum 100 juta.
Upaya
untuk melestarikan keberadaan harimau sumatera melalui konservasi harimau
sumatera sebenarnya bukan hanya semata bertujuan untuk menjaga kelestarian
harimau sumatera saja, tetapi juga melindungi spesies lainnya karena antara
satu dengan jenis spesies lainnya saling berhubungan. Sehingga dengan kata
lain, dengan melindungi spesies ini secara tidak langsung juga melindungi
spesies lainnya yang hidup di habitat yang sama. Beberapa upaya untuk
mempertahankan kelestarian harimau sumatera adalah sebagai berikut :




Manusia sebagai insan rahmatan
lil alamin yang diberi tanggung jawab untuk menjaga bumi, haruslah
memelihara bumi dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada dengan sebaik-baiknya
dan penuh rasa tanggung jawab. Terancamnya kelestarian harimau sumatera tidak
lepas dari tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu upaya
kegiatan konservasi harimau sumatera harus tetap konsisten dilakukan dan yang
terpenting adanya dukungan dari seluruh stake holder dalam membantu
upaya pelaksanaan konservasi. Sehingga keberadaan harimau sumatera sebagai
satwa endemik pulau sumatera tetap terjaga kelestariannya.
Daftar
Pustaka
The number of Sumatran tigers are estimated to live in TNKS range 145-165 tail. Increased hunting is certainly very threaten the sustainability of this endemic species.
BalasHapushttp://www.suksestoto.com/