Sabtu, 11 Juni 2016

Gangguan Mental yang Berawal dari Foto Selfie


Berbagai gangguan yang diawali dari foto selfie

Pendapat para ahli tentang Selfie
Pertama
Selfie adalah kata yang populer baru-baru ini dalam kamus, dan cepat tersebar luas di belahan dunia. Dari Facebook, Twitter, Instagram, semua orang tak peduli tua-muda belomba-lomba memamerkan foto selfie. Namun menurut ahli Dr David Veal, kecanduan selfie dapat menyebabkan penyakit mental, termasuk narsisme. Berikut adalah bahaya gangguan psikologis yang bisa disebabkan karena kecanduan selfie.
1. Gangguan Dismorfik Tubuh
Gangguan Dismorfik Tubuh adalah jenis gangguan psikologis dimana Anda cenderung berlebihan memfokuskan pada kelemahan dalam penampilan fisik Anda, merasa risau secara berlebihan dan disibukan dengan cacat/kekurangan yang dirasakan dalam ciri fisiknya. Ada ketidak-proporsionalan antara perhatian yang berlebihan dengan anomali fisik kecil yang ada.
Banyak dari penderita gangguan dismorfik tubuh percaya dan menganggap keluhan mereka dapat teratasi hanya dengan prosedur bedah plastik. Prosedur bedah plastik adalah suatu tindakan/upaya menata bagian tubuh dari kondisi cacat menjadi mendekati normal atau dari kondisi yang relatif normal menjadi kondisi yang lebih baik, lebih cantik/tampan, atau supernormal. Ternyata hampir semua individu dengan gangguan dismorfik tubuh yang telah menjalani perbaikan dengan prosedur pembedahan tetap saja merasa tidak puas. Para penderita merasa penampilannya tidak tampak lebih baik setelah pembedahan.
Dr. Veal menyatakan bahwa, “Dua dari tiga semua pasien yang datang menemui saya dengan gangguan dismorfik tubuh sejak munculnya ponsel kamera, memiliki keharusan untuk berulang kali memperbaiki penampilan mereka pasca melakukan selfie di situs media sosial. Terapi perilaku kognitif dapat digunakan untuk membantu pasien mengenali alasan atau perilaku kompulsif dan kemudian belajar bagaimana ber-selfie secara sewajarnya saja.”
2. Narsisme
Orang yang menderita narsisme memiliki kecenderungan lebih besar untuk terus-menerus melakukan selfie. Rasa kebanggaan dengan melihat foto diri sendiri di mana-mana, terutama pada media sosial demi kepuasan sesaat dari orang yang mengagumi adalah kasus klasik dari gangguan kepribadian narsistik. Jika perilaku ini tidak segera ditangani, gangguan narsisme ini akan terus tumbuh.
3. Gangguan Obsesif Kompulsif
Obsesive Compulsive Disorder (OCD) atau Gangguan Obsesif Kompulsif, merupakan sejenis gangguan kecemasan, yaitu penyakit yang berpotensi mengganggu serta memerangkap orang dalam siklus pikiran dan perilaku yang berulang. Orang dengan OCD ini terganggu oleh stres, ketakutan atau bayangan yang berulang (obsesi) yang tidak dapat mereka kendalikan. Kecemasan/kegelisahan yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran tersebut mengarahkan mereka pada kebutuhan mendesak untuk melakukan ritual atau rutinitas tertentu (compulsion). Ritual kompulsif ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah pikiran obsesif atau membuat pikiran tersebut hilang.
Meskipun ritual ini dapat mengurangi kecemasan untuk sementara, namun orang tersebut harus melakukan ritualnya lagi ketika pikiran obsesif datang kembali. Siklus OCD dapat menyita waktu yang sangat banyak dan secara signifikan mengganggu aktivitas normal. Penderita OCD mungkin menyadari bahwa pikiran tersebut adalah obsesi dan dorongan yang tidak masuk akal atau tidak realistis, tetapi mereka tidak mampu menghentikannya.
Obsesi untuk terus berfoto yang sempurna bisa sangat merusak pikiran. Danny Bowman, 19 tahun, yang didiagnosis dengan gangguan dismorfik tubuh dan gangguan obsesif kompulsif, mengembangkan kecanduan selfie dimana ia mengambil hingga 200 foto dirinya sendiri dalam sehari! Ketika ia tidak bisa mengambil selfie dengan sempurna, Bowman akhirnya nekat bunuh diri dengan menelan obat hingga overdosis.

Kedua
Politisi yang juga psikiater, dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ menegaskan selfie dapat memicu munculnya gejala gangguan kepribadian seperti narsisistik dan histrinoik (caper atau ingin jadi pusat perhatian).
"Gangguan kepribadian ini bukan timbul karena yang bersangkutan sering selfie. Kemungkinan sudah terbentuk kepribadian tersebut lalu ditemukan mediumnya untuk memunculkan gejala," katanya.
Apa saja dampak selfie terhadap kesehatan mental seseorang, apalagi bila sudah sampai pada taraf keranjingan? Simak pemaparannya seperti dirangkum detikHealth dari berbagai sumber, Kamis (14/8/2014) berikut ini.
1. Narsis
Seperti halnya yang dialami seorang pemuda bernama Kurt Coleman dari Australia. Hampir setiap hari ia lewatkan dengan berfoto selfie, yang kemudian ia unggah ke berbagai akun jejaring sosial miliknya, seperti Instagram dan Facebook.
Tak lupa dalam setiap fotonya, Kurt selalu memuji dirinya sendiri. "I'm in love with this photo of me, SimplyAmazing," tulisnya pada salah satu foto di Instagram saat berpose mengenakan jaket jeans atau "Aku tampan dan aku mencintai diriku sendiri," tulisnya dalam kesempatan lain.
2. Adiksi atau kecanduan
Bisa dibilang kasus yang dialami remaja asal Inggris bernama Danny Bowman terbilang langka. Pasalnya ia sangat terobsesi pada foto selfie yang sempurna. Hingga bila hasil jepretannya tak memuaskan, Danny akan frustrasi, tak mau keluar rumah dan menolak makan.
Bahkan suatu ketika remaja berusia 19 tahun itu pernah mencoba bunuh diri dengan overdosis obat.
3. Histrionik
Mungkin belum banyak yang pernah mendengar istilah histrionik ini. Ini sebenarnya merupakan gangguan kepribadian di mana penderitanya ingin menjadi pusat perhatian. Sebagian besar penggila selfie sering diidentikkan dengan kondisi ini, tentu saja di samping narsis.
Seperti halnya yang terjadi pada wanita bernama Triana Lavey dari Los Angeles. Yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana caranya terlihat cantik saat selfie. Ia pun mengaku menghabiskan uang hingga sebanyak Rp 174 juta hanya untuk operasi plastik, di antaranya implan dagu dan operasi hidung.
"Kini aku memiliki wajah yang selalu aku idamkan. Aku seperti diriku dengan versi photoshop," ujar wanita berambut brunette itu dengan bangga.
4. Body Dismorphic Disorder (BDD)
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh University of Strathclyde, Ohio University dan University of Iowa ditemukan bahwa semakin banyak wanita melakukan selfie dan mengunggahnya di media sosial, maka semakin mereka merasa insecure atau tidak nyaman dengan citra tubuhnya sendiri.
Apalagi bila kegiatan ini disambi dengan mengamati selfie teman-temannya. Karena ini akan memicu si wanita untuk membanding-bandingkan tubuhnya dengan tubuh orang lain, dan hal ini semakin memicu mereka untuk berpikir negatif tentang penampilannya.
"Mereka yang masih berusia muda biasanya membandingkan diri mereka dengan foto-foto orang lain di media sosial. Yang berbahaya, mereka pada akhirnya merasa bersalah jika tubuh mereka tak seperti yang mereka lihat dari orang lain di media sosial," kata peneliti Petya Eckler.
5. Eksibisionis
Eksibisionis atau kecenderungan untuk memamerkan bagian tubuh tertentu kepada orang lain bisa juga dipicu oleh kebiasaan selfie. Seperti yang terjadi pada seorang staf wanita di parlemen Swiss yang kedapatan berpose bugil di gedung parlemen lantas mengunggahnya ke Twitter.
Anehnya, ia merasa selfie bugil adalah bagian dari kehidupan pribadinya dan mengaku sering melakukannya di jam kerja. Akan tetapi dr Tun Kurniasih Batsaman SpKJ(K) dari Sanatorium Dharmawangsa mengingatkan seseorang baru bisa dikatakan mengidap eksibisionis bila ia bisa memamerkan organ intimnya ke orang lain untuk memuaskan hasrat seksualnya.
Sumber:
Ardianto, Bram. Penyakit Mental Karena Kecanduan Selfie. http://bramardianto.com
Detik. Gangguan Jiwa yang Berawal Dari Foto Selfie. http://m.detik.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar