Jumat, 10 Juni 2016

Kunjungan ke SMA N 5 Depok




A.    Profile SMAN 5 Depok
1)        Sejarah Singkat
SMA Negeri 5 Depok sudah berdiri sejak tahun 2003 merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Depok, yang beralamat di Perum Bukit Rivaria Sektor IV Sawangang Depok, Jawa Barat. Sama dengan SMA pada umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di SMA Negeri 5 Depok ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas X sampai Kelas XII. SMAN 5 Depok adalah salah satu sekolah Adiwiyata di kota Depok dan sedang melalui seleksi sekolah adiwiyata tingkat nasional. SMAN 5 depok merupakan sekolah yang asri dan banyak pepohonan. Sekolah ini mengusung 5 dasar program adiwiyata, yaitu kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.
2)      Visi dan Misi
Visi
SMA Negeri 5 Depok sekolah yang berprestasi, berbudaya, berakhlak mulia, serta peduli lingkungan
Misi
·         Mengembangkan potensi warga sekolah secara optimal
·         Meningkatkan profesionalisme personal dengan membudayakan etos kerja
·         Menjadikan sekolah unggulan kota Depok
·         Menciptakan budaya kekeluargaan, religius dan menyenangkan yang peduli lingkungan
·         Mengembangkan intelektual dan kretifitas siswa
·         Melindungi dan mengelola lingkungan hidup
·         Mengadakan bank sampah di lingkungan sekolah
·         Mengadakan mini komposer

3)      Kurikulum
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013




4)      Ekstrakulikuler

·         Basket
·         Futsal
·         Voli
·         Bulu Tangkis
·         Tarung Derajat
·         Cheerleader
·         Renang
·         Taekwondo
·         Paskibra
·         Five Beats
·         Japanese Club
·         Panca Tatra
·         Teater Embun
·         Paduan Suara
·         Jurnalis

·         Rohis
·         Rohkris
·         PMR
·         Science Club
·         English Club
·         Modern Dance
·         Pramuka

 

B.     Metode pembelajaran
Saat sekarang dengan kepopuleranya yaitu ilmu pengetahuan alam yang menjanjikan menghasilkan tatanan gaya keilmuan pasti (eksak) seakan-akan dapat menguasai dunia atau dalam kedudukan penilaianya mendapatkan kehormatan baik kiranya.







Kembali pada pandangan kita disekitar lingkungan dunia pendidikan seperti formalnya yaitu di sekolah dan kampus yang saat ini dijadikan tempat atau wadah mencari ilmu pengetahuan serta mengembangkan keilmuannya yang cukup dibilang mampu menjanjikan kedisiplinan bahkan lulusan, seiring waktu terus berputar sesuai zamannya. Disini terjadi pergulatan dan banyak ketidakmengertian pada program studi keilmuan seperti halnya langsung kepermasalahannya seperti ilmu pengetahuan sosial yang masih diperbincangkan dan dijadikan bahan pelampiasan dari ilmu pasti (eksak) dari dulu sampai saat ini, seakan-akan menjadikan ilmu pengetahuan sosial terpaku dan dirasakan seperti kutukan tersendiri yang entah sampai kapan ilmu pengetahuan sosial terlepas dari kedudukan low-nya dari status kasta dengan ilmu eksak.
       Kondisi kelas IPA saat tidak ada guru                      Kondisi kelas IPS saat tidak ada guru
Seperti halnya perspektif di sekolah; siswa dalam menentukan program konsentrasi belajarnya setelah siswa melalui tahap kenaikan kelasnya dari kelas satu menuju ke kelas dua yang sudah waktunya untuk memilih program IPS atau IPA, disini kecenderungan harus melalui tes (psikotest) dengan passing grade otonom setiap sekolah khususnya di SMA hal terkecilnya, dengan hasil test tersebut siswa yang rata-rata IQ-nya diatas normal memilih dan disarankan masuk ke program IPA sedangkan IQ yang standar kebawah disarankan masuk IPS, sudah sangat jelas disini ilmu pengetahuan sosial dijadikan bahan pelampiasan dari sang eksak (pasti).
Menurut pak Agus selaku guru pendidikan Agama islam di SMAN 5 Depok mengatakan bahwa ada perbedaan saat mengajar di anak IPA dan IPS. Anak IPA cenderung menurut, rajin dan mudah mengerti pelajaran yang disampaikan. Sedangkan anak IPS butuh beberapa kali penjelasan baru mengerti dan siap diberi tugas. Walaupun berbeda dari segi kognitifnya, para guru sebisa mungkin menyamakan program dan hasil yang sama tetapi prosesnya berbeda. Anak IPA biasanya mudah mengerti apa yang guru sampaikan, walau ada juga yang harus dibimbing. Guru sebisa mungkin menjadi pusat perhatian dari siswa, dengan tujuan agar siswa tersebut bukan hanya mengetahui pelajaran yang disampaikan tetapi juga harus mengerti apa yang dipelajari dan menguasi praktiknya. Bagi siswa-siswa yang masih belum mengerti akan dilakukan remedial atau jam tambahan pada mata pelajaran tersebut.
 
Proses belajar mengajar di kelas IPS
Fakta anak IPA :
·         Identik dengan metode ilmiah yang mengutamakan logika
·         Jawaban atas pertanyaan soal adalah pasti dan tidak bisa diganggu gugat
·         Ex : Teknik, Kedokteran, Keperawatan, Ilmuwan (BIologi, Kimia, dll), Psikologi
·         Bisa lintas jurusan begitu memilih PTN, karena terbiasa terlatih logika dan penalarannya
·         Perlu waktu dan suasana yang khusus (konsentrasi tinggi) untuk mempelajari IPA
·         Sering terlihat belajar terus, seperti tidak ada waktu santai
·         Banyak siswa IPA, yang akhirnya memilih jurusan IPS ketika kuliah Kelebihan IPS antara lain bisa mengambil jurusan yang nantinya bisa bekerja di luar ruangan seperti reporter, jurnalis, fotografer, dll meskipun ada juga yang di dalam ruangan seperti akuntan, dsb.  

Anak IPS mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Fakta anak IPS:
·         Bukan santai, tetapi pelajarannya membutuhkan penalaran dan kekrtitisan dalam berpikir.
·         Informasi kemasyarakatan terus berkembang setiap hari, sehingga harus rajin membaca.
·         Saat ini, dunia kerja membuka lapangan yang luas untuk jurusan Sosial. Dengan catatan, lulusan harus luwes, aktif dan tanggap terhadap perubahan sosial.
·         Masih punya waktu untuk bergaul, sehingga wawasan tentang kemasyarakatan bisa bertambah.
·         Ex : Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Akuntansi, Bahasa, Hukum, Sosial Politik
Piket kelas
 



Lingkungan sekolah juga mempengaruhi proses belajar-mengajar di sekolah, lingkungan tersebut mencangkup lingkungan kelas dan lingkungan sekitar sekolah. Lingkungan kelas akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan kondisi dalam kelas itu sendiri. Misalnya, kondisi kebersihan kelas, sarana dan prasarana, arsitektur dan pencahayaannya.kelas yang kotor akan akan menimbulkan rasa ketidaknyamanan. Di SMAN 5 Depok para guru biasanya akan menyuruh siswanya untuk memungut sampah yang ada di dalam kelas sebelum proses belajar mengajar dimulai.


Selain itu lingkungan sekolah yang asri dan sejuk akan mendukung proses pembelajaran. SMAN 5 terkenal sebagai sekolah hijau atau kaya akan pepohonan dibandingan sekolah SMA Negeri lainnya yang ada di depok. Berbagai penanaman dilakukan, biasanya dilakukan untuk menunjang salah satu mata pelajaran atau kegiatan ekstrakulikuler seperti KIR dan langkah penghijauan lainnya.
C.    Permasalahan siswa yang ada di SMAN 5 Depok
Peradaban manusia telah mengalami kemajuan sampai sekarang. Selama kemajuan itu, berkembang juga Globalisasi berdampak juga pada banyak hal satunya adalah dunia fashion. Setiap sekolah tentunya mengalami beberapa masalah atau kesulitan.. Salah satunya mengenai ketertiban berpakaian disekolah. Sekarang ini lagi trend menggunakan rok span yang mengatung ditambah baju yang agak ketat. Hal tersebut tentunya tidak pantas digunakan disekolah apalagi sampai membentuk lekuk tubuh (khusus perempuan). Bagi siswa laki-laki biasanya menggunakan celana pensil. Di SMAN 5 Depok tidak boleh memakai pakaian yang ketat, mulai dari baju, rok dan celana. Minimal jika di ukur kelonggarannya harus berukuran harus 5 cm. Beberapa siswa yang di wawancarai mengakui kalau mereka sedang mengikuti trend yang berlaku atau biasa disebut “kekinian”. Celana maupun rok harus sepanjang mata kaki, harus berpakaian lengkap, menggunakan gesper, ada lokasi sekolah dan menggunakan sepatu hitam bertali.
1)        Solusi dari pihak sekolah
·         Mengadakan razia pakaian secara rutin
·         Pemberian hukuman bagi yang melanggar
·         Nasihat dari guru
·         Pemberian kartu peringatan bagi yang melanggar(kartu merah dan kartu kuning)

2)        Solusi dari pihak peneliti
Dalam teori ekologi perkembangan anak menekankan pada interaksi antara orang dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Manusia dipandang sebagai mahkluk yang berkembang dan beradaptasi melalui interaksi dengan elemen lingkungannya. Teori ekologi memperhatikan faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi masalah perkembangan anak. Penekanan penting model ini adalah pada konsep “the personin environment” (Zastrow,2000)
Menurut observasi yang kami lakukan, sebagian anak menjawab mereka menggunakan trend seperti itu agar dibilang gaul atau kekinian. Mereka beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Faktor internal yang mempengaruhi mereka berpakaian seperti itu datang dari diri sendiri, mereka tidak ingin dibilang ketinggalan jaman. Faktor eksternalnya adalah perkembangan fashion dikalangan remaja SMA. Mengenai permasalahan tersebut tidak hanya di SMAN 5 Depok tapi disekolah lainnya juga harus lebih memperketat aturan mengenai seragam sekolah yang di pakai. Jika ingin menggunakan rok span (khusus perempuan) sebaiknya pakai yang tidak membentuk lekuk tubuh. Pakailah seragam yang sesuai, karena jika memakain pakaian yang ketat akan menimbulkan kejahatan, hilangnya norma kesopanan, menurunnya image pelajar di publik, dan menurunnya daya berpikir siswa yang kreatif dan inovatif. Peran orang tua juga berarti untuk anak, sebisa mungkin orang tua mengarahkan anaknya untuk berpakaian sopan dan agar menanamkan nilai moral serta agama pada anak.

D.    Penutup
1)        Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa karakter seorang anak berbeda satu sama lain, lingkungan membentuk karakter anak. Baik anak IPA maupun IPS mempunyai kemampuan dibidangnya masing-masing. Permasalahan yang timbul di setiap sekolah tentunya mempunyai cara sendiri untuk menanggulanginya. Semoga generasi muda yang sekarang dapat memimpin negaranya kelak dengan moral dan nilai-nilai yang sesuai.  
2)        Saran
Kita sebagai penerus bangsa hendaknya berprilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Bentuklah prestasi untuk membanggakan keluarga, bangsa dan negara. Jauhkan dari hal-hal negatif yang dapat merusak moral bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar