Sabtu, 04 Juni 2016

Summary Seminar Anak Berkebutuhan Khusus


BEMF Psikologi Universitas Gunadarma mempersembahkan event terbesar yaitu “Psychology Innovation in Art, Social and Education (PIASE) 201
PIASE adalah pelafalan kata dari seorang tokoh psikologi perkembangan kognitif yaitu Jean Piaget. Piaget mengungkapakan bahwa individu membangun kemampuan kognitif melalui tindakan yang termotivasi oleh lingkungan dengan sendirinya. Dengan lingkungan yang positif dan membangun, individu akan mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya. Sehubungan dengan kenyataan bahawa program kerja ini adalah program kerja terakhir BEMF Psikologi Universitas Gunadarma periode 2015/2016, maka dari itu program kerja ini diharapkan mampu membangun lingkungan positif yang dapat membangun kemampuan kognitif mahasiswa maupun masyarakat.
PIASE 2016 kali ini bertemakan “Let Your Mind Be Colored”, adalah suatu rangkaian acara seni yang berlandaskan adanya unsur sosial dan edukasi yang dapat memberikan kelengkapan pemenuhan fungsi indera manusia yang mencangkup proses visual, auditori dan sensoris.
PIASE 2016 memiliki berbagai rangkaian acara yaitu:
1. Singing Competition
2. Talkshow Musik
3. Talkshow Anak Berkebutuhan Khusus

Saya mengikuti salah satu dari serangkaian acara yang diadakan oleh BEM Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ini, yaitu talkshow anak berkebutuhan khusus yang menjunjung tema KETERBATASAN BUKAN BATASAN. Acara ini diadakan pada hari Rabu, 25 Mei 2016 dan berlokasi di Auditorium D462, Universitas Gunadarma Depok
Konsep acara ini adalah sebuah talkshow yang membahas tentang anak berkebutuhan khusus. Yang bertujuan membuka dan merubah paradigma masyarakat bahwa keterbatasan bukanlah batasan dalam mencapai prestasi tertentu khususnya dalam bidang musik atau akademik lainnya.
Acara talkshow ini dibuka dengan penampilan yang luar viasa dari Zelda Maharani dengan konsep fenomena  ABK yang dipandang sebelah matanya. BEM Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma juga mengundang pembicara yang ternama yaitu Arist Merdeka Sirait yang kita tahu sebagai ketua KPAI (Komnas Perlindungan Anak Indonesia), dan seorang psikolog yaitu Katarina Ira Puspita.
Saya banyak mendapatkan pengalaman baru dan pengetahuan baru setelah mengikuti acara ini. Dan berikut adalah pengetahuan baru yang bisa saya serap serta saya bagikan ke teman-teman semua.
Setiap anak dan termasuk juga anak nerkebutuhan khusus merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan yang maha esa. Anak berkebutuhan khusus adalah anak–anak yang memiliki kekurangan (atau sering kita sebut sebagai anak cacat) tetapi mereka juga mempunyai segudang potensi yang bahkan bisa melebihi potensi yg dimiliki oleh manusia normal. Oleh karena itu, kita yang memiliki fisik normal harus menjaga perasaan dan memberi perhatian yang lebih kepada mereka. Kita tidak boleh menjadikan kekurangan mereka menjadi bahan ejekan. Misalkan, sering sekali kita ketahui terkadang kita mendengar orang yang mengejek temannya dengan kata “autis”, itu adalah hal yang sangat tidak terpuji.
Dan kita sering sekali memiliki presepsi bahwa anak berkebutuhan khusus itu diikuti dengan Tantrum (emosi yang berlebihan/tidak memiliki kemampuan untuk mengemdalikan emosi). Sebenarnya hal itu tergantung, biasanya anak tersebut yang ketika ia tidak bisa meyampaikan apa yang ia inginkan dan orang lain tidak dapat mengerti, biasanya dia akan kesal dan menangis.  Adapun cara menghadapi anak yang Tantrum yaitu, kita harus bersikap tenang, dan jangan coba ajak anak untuk berkomunikasi saat anak mengamuk, diamkan saja. Tetapi kita juga perlu memperhatikannya. Kita tidak perlu berusaha untuk berkomunikasi atau bahkan berusaha mendiamkan anak. Namun, jika anak yang tantrum itu suka melukai dirinya sendiri saat emosi, ibu harus berusaha mencegahnya dengan cara merangkul anak itu dari depan. Dengan begitu, ibu lebih mudah menhontrol pergerakan anak. Setelah anak itu lebih tenang, ibu bisa mulai berkomunikasi dengannya dan berusaha mencari tahu mengapa anak menangis.
Penanganan yang perlu kita lakukan saat menghadapi anak berkebutuhan khusus yaitu dengan cara, merubah lingkungan, dimana lingkungan itu harus lebih jelas, terdapat komunikasi lalu anak dibawa berobat. Bentuk pengobatan berupa terapi perilaku, berbicara, kemampuan bersosialisasi, dan medikasi untuk mengontrol perilaku, serta bisa juga memggunakan obat-obatan khusus yang dapat membantu dalam pengontrolan emosi. Untuk orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus, jangan pernah merasa malu karena dukungan atau motivasi dari keluarga bahkan orang tua akan memiliki pengaruh yang besar. Bawalah anak bersosialisasi dengan didampingi dan diberikan arahan–arahan.
Berikut adalah beberapa kasus atau tindak kriminal pada anak-anak yang sedang marak terjadi di Indonesia:
1.  Penjualan manusia. Akhir-akhir ini banyak terjadi kasus penjualan manusia terlebih lagi anak-anak dan bayi. Hal ini melanggar hak-hak asasi manusia yang sifatnya universal berarti berlaku bagi setiap manusia termasuk anak-anak tanpa terkecuali.
2. Kekerasan seksual. Kasus ini banyak sekali menimpa anak-anak sibawah umur.
3. Geng rape. Ini adalah gerombolan permekosa yang paling sering terjadi pada anak-anak.
4. Pemasungan. Hal ini sangat sering terjadi pada manusia yang tidak waras (gila) dan dianggap dapat membahayakan orang-orang disekitarnya. Namun, perbuatan ini termasuk ke dalam pelanggaran hak-hak asasi manusia yang sifatnya universal.
Solusi bagi pelecwhan pada anak berkebutuhan khusus (ABK):
1. Penanaman bilai agama dan spiritual pada setiap manusia.
2. Pemahaman hak-hak asasi manusia bagi setiap orang termasuk anak berkebutuhan khusus.
3. Penempatan anak berkebutuhan khusus (ABK) di kalangan masyarakat




Sertifikat talk show Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar